Audisi Umum PB Djarum Dihentikan
PB Djarum Kudus berada dalam posisi terjepit. Harus menghentikan audisi umum beasiswa Djarum mulai tahun depan. Di satu sisi, klub bulutangkis terbesar di Indonesia ini, tak ingin mengubur mimpi calon atlet belia menjadi atlet kelas dunia. Bahkan, untuk memperjuangkan niat memfasilitasi atlet muda terbaik, PB Djarum yang bermarkas di Kudus ini, sampai rela menanggalkan logo Djarum yang tertera di kaus atlet. Namun, menurut Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin, pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tetap mendesak. ”Zero tolerance. Itu yang mereka katakan kepada kami saat rakor (rapat koordinasi),” ujar Yoppy. Proses audisi umum 2019 disampaikan olehnya tetap berjalan. Ini karena tak ingin membuat kecewa peserta yang sudah mendaftar. Terutama yang rela datang dari jauh. ”Saya minta dispensasi ke mereka (KPAI, red) tahun ini saya selesaikan sampai final di Kudus. Setelah itu kami off,” ujarnya. Perihal audisi umum yang bakal off mulai tahun depan, Yoppy tak tahu akan berlangsung sampai kapan. Menurutnya, selagi PB Djarum tak diberi ruang untuk menggelar audisi umum, tak akan digelar. Sebab, menurutnya KPAI dan PB Djarum sudah berbeda jalur. ”Mereka itu ke kiri. Sedangkan kami ke kanan. Kan sudah beda to. Akhirnya nggak ketemu,” ujar Yoppy. Duduk bersama dengan pemangku kebijakan juga telah dilakukan oleh PB Djarum. ”Sekarang mau gimana lagi. Ini sudah paling mentok. Saat rakor itu sudah ada Kemenpora, KPAI, KONI, Kemenkumham, BPOM, dan Menkes. ”Kurang apa? KPAI tetap bilang zero tolerance. Kami ini terjepit dan tak punya ruang lagi. Ya sudah, berhenti saja (audisi umum). Sampai kapan? Sampai kami punya ruang bergerak lagi,” terangnya. Terjepit yang dimaksudkan, sebenarnya logo Djarum itu mengarah pada nama PB Djarum. Namun dipersepsikan oleh pihak lain sebagai brand produk tembakau. ”Padahal jelas Djarum Badminton Club. Beda dengan ini,” imbuh Yoppy seraya menunjukkan brand rokok Djarum Super. ”Jika dibilang kami tak ikhlas membibit atlet, karena dianggap tak mau meninggalkan brand Djarum, memang kami kurang apa selama ini? Sudah banyak yang kami berikan demi kemajuan bangsa,” ungkapnya. Hal ini juga diakui dengan masih terus menjalankan pencarian dan pembibitan atlet. Hanya, medianya lewat turnamen berskala kecil. Seperti Alan Susi Technology (Astec), Sirkuit Nasional (Sirnas), Kejuaraan Kabupaten (Kejurkab), dan Kejuaraan Provinsi (Kejurprov). Tetapi, even itu disebut memiliki kelemahan. Itu lantaran tidak ter-cover-nya bibit muda secara menyeluruh. Situasi ini berbeda ketika acara audisi umum dilangsungkan. ”PB Djarum dan pembibitan tidak bubar. Audisinya saja yang bubar. Tetapi mata rantainya ya putus. Cerita heroik pebulutangkis tak akan ada lagi," lanjut Yoppy. Saat ditanya oleh Jawa Pos Radar Kudus soal jalan lain pencarian bibit muda, Yoppy menjawab dengan gurauan. ”Nanti buka Google Maps. Kami nyari lewat jalur tikus,” ujarnya sambil tertawa. Nantinya, talent scouting akan mencari atlet terbaik ke berbagai daerah. Diantaranya Meulaboh Aceh, Medan, Pekanbaru, Palembang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Manado, Gorontalo, Kendari, dan Makassar. Tugas talent scouting itu nantinya saling mengadu sesama atlet sampai didapat atlet terbaik. Jumlah atlet yang diincar sama dengan jumlah atlet yang dijaring saat proses audisi umum. Yakni 20-30 atlet terbaik usia 11-13 tahun setiap tahunnya. Tetapi, ini dirasa pula oleh Yoppy memiliki kelemahan. Proses perekrutannya menjadi lebih lama. Selain itu, PB Djarum dibatasi untuk tidak mengumumkan secara terang-terangan kepada masyarakat umum. Tak hanya itu, apabila di satu tempat tersebut tidak ada lagi atlet terbaik, maka PB Djarum melalui talent scouting bisa dibilang pulang dengan tangan hampa. Oase masih ada. Itu terkait kelangsungan atlet PB Djarum. Karena, kaderisasi tetap berjalan dengan baik. Bahkan, menurut Yoppy saat ini sudah ada lima atlet usia 17-18 tahun yang siap menjadi pelapis atlet Pelatnas. Pun dengan nasib alet PB Djarum alumni audisi umum sbelumnya yang tetap berkesempatan meraih level yang lebih tinggi. ”Sejauh ini yang dipermasalahkan KPAI hanya audisi umumnya saja,” imbuhnya. (vga)
Sumber: