Kekeringan Belum Darurat, Baru Jabar yang Berpotensi Hujan

Kekeringan Belum Darurat, Baru Jabar yang Berpotensi Hujan

CURUG – Kekeringan di Kabupaten Tangerang sudah meluas. Dari awal Juli, kekurangan air bersih hanya melanda Kecamatan Curug, Legok dan Kresek. Kini meluas hingga di 7 kecamatan. Warga sudah mengalami krisis air bersih. Namun, status kekeringan akibat musim kemarau belum dianggap darurat. Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang, Tifna Purnama mengatakan, penetapan status karena kekeringan sudah berdasarkan kajian lintas dinas dan lembaga. Kata dia, Pemkab Tangerang sudah menyiapkan solusi untuk mengatasi dampak kekeringan. “Kita masih siaga belum mencapai darurat. Perlu adanya kajian terhadap penetapan siaga bersama dinas pertanian sebagai indikasi awal kemudian dari BMKG,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres melalui sambungan seluler, Kamis (22/8). Kata Tifna, hasil rapat antar dinas membahas wilayah yang terdampak kekeringan serta pembangunan sarana dan pra sarana untuk dapat menampung air hujan. Untuk saat ini, pengiriman bantuan air bersih sudah dilakukan kepada warga. Solusinya, pemkab bakal memperbanyak sumur pantek serta menambah kapasitas tandon air yang sudah ada. Hingga pengerukan situ Cilongok dan sungai. “Kita menginventarisir daerah yang terdampak kekeringan. Kemudian upaya yang akan dilakukan terhadap lahan yang sudah terdampak kekeringan,” ujarnya. Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengembangan Informasi BPBD, Henry D Manuhutu mengungkapkan, hingga akhir Agustus ini, daerah yang terdampak kekeringan sudah meluas hingga 7 kecamatan dengan 13 desa. Adapun, pengiriman air bersih bekerja sama dengan perusahaan air minum derah. Sedangkan untuk pengiriman tergantung dari permintaan warga. “Ada tujuh kecamatan yang sudah meminta air bersih. Tidak semua desa di kecamatan meminta air bersih. Diantaranya, Kecamatan Panongan, Kresek, Curug, Legok, Teluknaga, Kosambi dan Mauk. Kita saat ini kirimkan air bersih,” ungkapnya. Terpisah, Kepala Bidang Aneka Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP), Bambang Purnama mengatakan, sudah mengirimkan pompa air sebanyak 43 unit kepada kelompok kerja petani. Ia menjelaskan, hingga Agustus, lahan pertanian yang terdampat kekeringan meluas hingga 26 kecamatan. Adapun, lahan pertanian yang terluas ada di Kecamatan Tigaraksa, Jambe, Cisoka, dan Mekarbaru. “Ada tiga kecamatan yang aman dari kekeringan lahan pertanian yakni Kecamatan Kelapa Dua, Pasar Kemis, dan Sukadiri. Kerana lahan pertanian di dearah tersebut terhitung sedikit. Untuk pompa ada juga pompa yang kita pinjam ke provinsi. Ada juga dari pihak lain yang menawarkan pompa. Selain itu, saat masuk musim hujan nanti kita berikan bantuan bibit padi sebanyak 6 ton,” terangnya. “Sampai saat hingga Agustus lahan pertanian yang sudah terdampak kekeringan sebanyak 1.560 hektare. Rincinya, sebanyak 660 ringan, lalu lahan seluas 411 hektare masuk kategori sedang dan sebanyak 288 hektare lahan mengalami kekeringan berat. Selain itu, terdapat 201 hektare lahan gagal panen alias puso. Semuanya tersebar di 26 kecamatan,” tukasnya. Badai Tropis Bailu terdeteksi berpusar di perairan Filipina di utara Indonesia. Membawa hujan lebat dan gelombang tinggi. Meski demikian, hujan diperkirakan belum akan merata singgah ke Pulau Jawa. Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Fachry Rajab mengungkapkan, hanya Jawa Barat (Jabar) yang berpotensi mengalami hujan dalam periode tiga hari kedepan. Sisa Jawa lainnya, Bali dan Nusa Tenggara yang mengalami kekeringan belum akan tersentuh hujan. “Untuk Jawa Barat ada potensi hujan, tapi bukan karena siklon tropis,” katanya pada Jawa Pos kemarin (21/8). Fachri mengatakan faktor hujan di Jawa Barat lebih disebabkan oleh kondisi geografis lokal dan pertemuan angin di Jawa Barat. “Potensi hujan tinggi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Untuk Jawa masih kategori sedang,” jelasnya. BMKG juga mengimbau masyarakat mewaspadai potensi gelombang setinggi 1,25 hingga 6 meter yang berpeluang menjumpai beberapa perairan Indonesia dalam beberapa hari kedepan. Tepatnya mulai 22 hingga 24 Agustus 2019. Peningkatan gelombang tinggi terjadi karena Terdapat Tropical Storm ( TS ) BAILU di daerah Laut Filipina dengan kecepatan angin maksimum 40 knot bergerak ke arah Barat Laut. Memicu sejumlah daerah belokan angin di Sumatera bagian utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Pergerakan angin wilayah utara ekuator secara umum bergerak dari Tenggara  ke Barat Daya dengan kecepatan 4 - 25 knot. Sedangkan di wilayah selatan ekuator umumnya dari Timur – Tenggara dengan kecepatan 4 - 30 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Perairan Selatan Banten, Selat Makassar bagian Selatan, Sorong - Raja Ampat, Perairan Merauke dan Laut Arafuru. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut. Selain gelombang tinggi, BMKG juga mengeluarkan peringatan hujan lebat, petir dan angin kencang di beberapa wilayah di Indonesia. Diantaranya  Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Papua Barat, dan Papua dan Jambi.  Hujan dengan angin kencang dan kilat/petir diperkirakan akan terjadi di sebagian  Jawa Barat dan Kalimantan Barat. (tau/ttg) Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachry Rajab mengungkapkan, hanya Jawa Barat yang berpotensi untuk mengalami hujan dalam periode tiga hari kedepan. Sisa Jawa lainnya, Bali dan Nusa Tenggara yang mengalami kekeringan belum akan tersentuh hujan. “Untuk Jawa Barat ada potensi hujan, tapi bukan karena siklon tropis,” katanya pada Jawa Pos kemarin (21/8) Fachri mengatakan faktor hujan di Jawa Barat lebih disebabkan oleh kondisi geografis lokal dan pertemuan angin di Jawa Barat. “Potensi hujan tinggi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Untuk Jawa masih kategori sedang,” jelasnya. BMKG terus mengimbau masyarakat yang berdomisili atau sedang berada di beberapa wilayah yang berpotensi hujan lebat hingga disertai angin kencang dan petir/kilat tersebut untuk selalu berhati-hati ketika beraktivitas di luar ruang, serta persiapkan diri dengan peralatan antisipasi hujan. Dari hasil pantauan BMKG, sejumlah wilayah perairan di Indonesia berpeluang mengalami gelombang tinggi dengan ketinggian 1,25 hingga 4 meter. Secara khusus, gelombang setinggi 4 hingga 6 meter berpotensi terjadi di  wilayah perairan tersebut yaitu Perairan Samudera Hindia Barat Sumatra, Samudra Hindia Sealtan Jawa hingga Lombok. (mg-10/tau)

Sumber: