Modifikasi Cuaca Mandek, Di Kab.Tangerang 6 Kecamatan Mulai Krisis Air Bersih

Modifikasi Cuaca Mandek, Di Kab.Tangerang 6 Kecamatan Mulai Krisis Air Bersih

JAKARTA-Kekeringan ekstrem terjadi di mana-mana. Hujan tak kunjung turun. Banyak sawah tadah hujan tak bisa ditanami. Sumur kering. Pemerintah tak bisa berbuat banyak. Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengatasi kekeringan ekstrim berjalan tidak sesuai harapan. Sekitar 3 minggu sejak dinyatakan dimulai pada 23 Juli lalu, belum satupun misi penerbangan (sortie) yang dilakukan untuk melakukan penyemaian awan, untuk menjatuhkan hujan ke bumi. Hingga kemarin, belum ada awan yang berpotensi membentuk hujan. Kepala Bidang TMC Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jon Arifianto membenarkan bahwa sampai saat ini penerbangan untuk menyebar benih awan hujan belum dilakukan. “Untuk wilayah Jawa dan Bali belum. Namun untuk wilayah Riau sudah seratus sortie lebih,” kata Jon pada Jawa Pos kemarin (18/08). Jon menambahkan, bahwa pesawat, bahan dan peralatan masih tetap berada di Base Operasi TMC untuk pulau Jawa yakni di Lanud Halim Pernada Kusuma Jakarta. Sementara itu, data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menunjukkan bahwa kekeringan kategori ekstrim dengan Indikator Hari Tanpa Hujan (HTH) lebih dari 60 hari tersebar merata mulai dari ujung barat pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Wilayah lain seperti Sumatera dan Kalimantan terutama bagian selatan juga mengalai kekeringan dengan kategori panjang hingga sangat panjang. Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengungkapkan hingga saat ini pertumbuhan awan yang dibutuhkan untuk wilayah Jawa dan Bali masih sangat kecil. “Massa udara yang bertiup di atas Jawa Bali masih bersifat kering, jadi sulit untuk pertumbuhan awan,” jelasnya. Dalam operasi gabungan TMC yang diperintahkan oleh Presiden Jokowi pada Juli lalu, BMKG bertugas memantau dan mengabarkan posisi awan yang berpotensi menjadi sasaran semai TMC. Namun hingga saat ini kata Fachri belum satupun awan yang cukup potensial. “Namun kami terus memantau hari per hari, kalau diantara hari-hari tersebut ada peluang hujan, kami akan langsung infokan ke BPPT,” jelasnya. Kondisi kering ini lanjut Fachri angin yang bertiup dari Samudera Hindia tidak membawa uap air yang cukup untuk pembentukan awan. Hal ini salah satunya karena suhu permukaan Samudera Hindia yang relatif dingin. “Selain itu, ada sumbangan angin kering dari Australia,” katanya. Kondisi ini kata Fachri diperkirakan masih akan terus berlangsung. BMKG memprediksi baru pada akhir September  aliran massa udara yang lebih basah akan memasuki Jawa mulai dari bagian barat. Plh. Kapusdatin dan Humas BNPB Agus Wibowo menghimbau pada masyarakat di Jawa Bali dan Nusa Tenggara mulai saat ini untuk menghemat persediaan air. “Kami sudah sosialisasikan ke masing masing BPBD di daerah,” jelasnya. Warga di Kabupaten Tangerang mulai kesulitan mencari air bersih untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK). Akibatnya, permintaan air bersih kepada pemerintah meningkat. Sebab sumur tanah yang menjadi sumber air telah mengering. Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang, Kosrudin mengatakan, saat ini permintaan air bersih mulai meningkat. Terutama warga di Kecamatan Kosambi. Sebabnya, belum turunnya hujan dari awal April hingga pertengan Agustus yang mengakibatkan sumur tanah kekeringan. “Lebih dari 10 desa yang tersebar di enam kecamatan yang meminta bantuan air bersih. Paling banyak kemarin kita distribusikan ke pantura khususnya di Kosambi,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres melalui sambungan seluler, Minggu (18/8). Kata Kosrudin, penetapan status perlu adanya koordinasi dengan Organisasi Perangkat Dearah (OPD) yang lain. Untuk itu, pada Senin hari ini akan digelar rapat terbatas bersama dinas pertanian untuk memvalidasi data kekeringan. “Besok kami akan adakan rapat bersama OPD lain. Tujuannya, untuk menentukan status kekeringan yang melanda di kabupaten,” jelasnya. “Apa siaga atau darurat, hasilnya nanti keputusan besok (hari ini) berdasarkan pengumpulan data. Ada ketentuan, kalau sudah lebih dari setengah desa yang kekeringan masuk tahap darurat. Kalau belum masih dalam tahap siaga," imbuhnya. Lanjutnya, saat ini sudah terdapat enam kecamatan yang meminta untuk dikirimkan air bersih. Mulai dari, Kecamatan Kronjo, Legok, Curug, Cikupa, Tigaraksa, Kosambi, dan Panongan. “Kemarin Desa Curug Wetan di RT 02/003 yang meminta air bersih di Kecamatan Curug. Kita kirimkan dua tanki air untuk warga di satu RT tersebut,” jelasnya. Terpisah, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Keamanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tangerang, Bambang Purnama mengatakan, sudah didirikan sebanyak 5 posko penanganan kekeringan untuk mempermudah koordinasi. Kata dia, hasil identifikasi hingga pekan keempat Juli terdapat ratusan hektare sawah mengalami kekeringan. “Ada 668 hektare sawah yang terdampak. Dimana sebanyak 330 hektare masuk kategori ringan, lalu 328 hektare masuk sedang dan ada 10 hektare yang masuk kategori berat. Kita belum bisa tentukan statusnya darurat atau siaga. Sebab, nanti akan kita koordinasi dulu dengan pimpinan dan provinsi” jelasnya. (jpg/mg-10)

Sumber: