Jelang Kejuaraan Dunia 2019, Kontrol Emosi Minions

Jelang Kejuaraan Dunia 2019, Kontrol Emosi Minions

GANDA putra menjadi andalan Indonesia untuk meraih satu gelar juara dari World Championships atau Kejuaraan Dunia 2019. Pada turnamen yang akan berlangsung di St. Jakobshalle Basel, Swiss pada 19-25 Agustus mendatang pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon jadi andalan utama selain Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Pada Kejuaraan Dunia kali ini Indonesia menurunkan sebanyak 27 pebulutangkis yang turun di lima nomor. Nomor ganda putra dan campuran paling banyak menurunkan wakilnya yakni empat pasangan. Meski tak membebankan target tersebut pada sektor tertentu, diakui Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Susy Susanti, ganda putra paling berpeluang dalam mendulang medali. Apalagi melihat prestasi di dua turnamen belakangan, ganda putra berhasil menciptakan all Indonesian final pada Indonesia Open dan Japan Open 2019, melalui Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan. “Targetnya satu gelar dulu, dari sektor mana saja. Peluang paling besar memang ada di ganda putra. Tapi kemarin di Jepang (Japan Open) ada ganda campuran, ada tunggal putra, semoga mereka nanti bisa kasih kejutan juga, prestasinya lebih stabil lagi. Karena kita sudah dekat dengan Olimpiade, segala kemungkinan bisa terjadi. Semua negara juga sama,” kata Susy. Sedang Pelatih pelatnas bulutangkis ganda putra, Herry Iman Pierngadi, optimistis Kevin/Marcus bisa mengulang prestasi di Indonesia Open dan Japan Open dengan menjadi juara dunia tahun ini. Untuk itu, Minions harus memenuhi dua syarat utama. Syarat pertama adalah soal kontrol emosi ganda yang dijuluki Minions itu. "Kalau saya tetap optimistis. Akan tetapi mereka harus kontrol emosinya. Mereka belum pernah juara di Kejuaraan Dunia dan Olimpiade sehingga keinginannya tinggi. Nah, keinginan itu yang dikontrol jangan sampai berlebihan. Jika berlebihan risikonya kan ada. Umpamanya, karena ingin juara latihannya jadi sangat keras risikonya cedera," kata Herry, Senin (12/8). Herry, menyebut Kevin/Marcus memetik pelajaran berharga dari dua edisi Kejuaraan Dunia Bulutangkis sebelumnya. Lagipula, Kejuaraan Dunia Bulutangkis tahun ini menjadi bagian pengumpulan poin olimpiade. "Kejuaraan Dunia ini salah satu test case mereka juga sebelum Olimpiade 2020 ya. Mereka bisa tidak kontrol emosi karena biasanya di Olimpiade semua ingin menang. Apalagi jika diomongin, wah pasti juara ini, pasti menang, tahu-tahu babak pertama dan kedua kalah. Jadi kontrol emosinya harus bisa. Nah, ini salah satu test case-nya," dia menjelaskan. "Kalau di Kejuaraan Dunia bisa kontrol dan dapat gelar, menuju Olimpiade lebih mudah lagi. Maksudnya sudah ada pandangan. Makanya, apapun hasil di Kejuaraan Dunia jadi test case mereka," Herry menambahkan. Selain emosi yang harus dikontrol, Herry juga menjaga agar atletnya dalam kondisi fisik yang ideal. Kevin/Marcus harus nol cedera hingga Olimpiade 2020. (apw/okz)

Sumber: