Persita Kalah Penalti, Wasit Jadi Pemicu

Persita Kalah Penalti, Wasit Jadi Pemicu

KEPEMIMPINAN wasit Rihul Munandar dari Sumatera Barat diklaim menjadi pemicu kekalahan Persita pada pekan keenam kompetisi Liga 2 2019. Bertanding di Stadion Dimurthala Pendekar Cisadane takluk 1-0 atas Persiraja. Satu-satunya gol tuan rumah dibuat oleh Defri Rizki di menit 57. Sejak kick off pertandingan di pukul 20.30 WIB, hujan sudah mengguyur lapangan. Kondisi lapangan yang kurang rata bertambah buruk dengan hujan. Bahkan di beberapa titik di lapangan, genangan air mulai terlihat. Hujan memang sudah mengguyur Banda Aceh sejak pagi hari. Pertandingan berjalan cukup alot sejak awal. Kedua belah pihak bergantian melancarkan serangan demi serangan. Tapi memang terlihat sekali bagaimana kondisi lapangan sangat mempengaruhi gaya permainan Persita. Bola-bola yang dilancarkan Persita pun seperti susah menembus pertahanan Persiraja. Babak pertama pun berakhir seri tanpa gol. Tensi tinggi mulai terbangun di babak kedua. Terutama setelah wasit menghadiahi penalti untuk Persiraja atas dugaan pelanggaran yang dilakukan Asep Budi. Persiraja pun sukses mencetak gol dari titik putih. Permainan terus berjalan ketat dan dengan tekanan tinggi, baik dari dalam maupun luar lapangan. Hingga Aditia Gigis pun dihadiahi kartu merah usai menjegal pemain Persiraja di menit ke-65. Setelah itu, pertandingan sempat dihentikan sejenak karena kondisi stadion yang tidak kondusif usai banyak lemparan benda dari arah tribun ke dalam lapangan hijau. Ketinggalan satu gol dan bermain dengan 10 pemain tentu berpengaruh ke mental pemain Persita. Meski sempat beberapa kali melancarkan serangan balik, pertahanan Persiraja belum bisa di bobol. Skor akhir bertahan 1-0 untuk kemenangan Persiraja. Menyoroti kemenangan Persiraja, Pelatih Kepala Persita, Widodo C, Putro (WCP) menyebut pihaknya cukup kecewa dengan kepemimpinan wasit selama pertandingan. "Bagi saya pribadi, saya sudah lama di sepak bola Indonesia. Pun di Internasional. Jadi pertandingan ini menurut saya, menurut kami, tidak menarik. Karena yang saya harapakan di awal konferensi pers, pertandingan akan menarik. Karena pertandingan ini adalah entertainment. Tapi memang seyogyanya pertandingan harus ada yang kalah, yang menang, atau seri," ujarnya usai pertandingan. "Saya icapkan selamat dan ke depan mudah-mudahan pelajaran buat wasit, buat Asisten Wasit 1, Asisten Wasit 2, sama-sama kita membangun sepak bola. Kalau begini terus, enggak akan maju. Saya yakin, kita sama-sama. Saya juga tidak akan menyalahkan kondisi. Tapi mari kita sama-sama berkembang sesuai dengan aturan regulasi yang baru, sesuai dengan daerahnya masing-masing. Banti akan tercipata sebuah sepak bola. Mungkin dari sini akan keluar pemain-pemain yang lebih bagus lagi. Itu yang saya harapkan. Karena kita di sini adalah bagian dari sepakbola Indonesia," tambahnya. Egi Melgiansyah, Kapten Persita pun merasakan kekecewaan serupa. "Sekali lagi selamat buat Persiraja. Untuk malam hari ini dia memenangkan pertandingan. Tapi dari kita pemain jelas sangat kecewa dengan kepemimpinan wasit ya. Di mana berapa kali dia bikin keputusan yang tidak bagus buat kita. Sedangkan dari tuan rumah, ya mungkin tuan rumah kita dikasih permainan yang kita tidak sewajarnya," kata pemain bernomor punggung 8 ini. Menurut Egi, Persita sudah berusaha bermain bagus, tapi karena kepemimpinan wasit, pemain jadi emosional. "Tapi kita bermain udah bagus, tapi kepemimpinan wasit enggak seperti itu. Jadi kita yang ada emosional, pemian yang ada pun jadi emosional. Dari tim Persiraja, dari tim Persita, akhirnya kita bisa main akhirnya main keras. Mungkin karena kepemimpinan wasit yang tidak terlalu bagus menurut saya." (apw/dtc)

Sumber: