Akan difokuskan pada Konsumen Rumah Tangga, Pemerintah Bangun 1 Juta Jargas

Akan difokuskan pada Konsumen Rumah Tangga, Pemerintah Bangun 1 Juta Jargas

Jakarta--Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan jaringan gas (Jargas) pada 1 juta sambungan rumah (SR) per tahun mulai 2020. Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengungkapkan jika pemerintah ingin mengurangi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG), maka pembangunan jargas harus dilakukan dalam jumlah besar. Sampai saat ini, beleid berupa Peraturan Presiden (PP) terkait jaringan gas sudah ditanda tangani dan tinggal dilaksanakan. "Kemarin Menteri ESDM sudah memanggil PGN (PT Perusahaan Gas Negara), dan siap untuk mendukung pembangunannya," ujar Ego seperti dikutip dari keterangan tertulis. Ego menambahkan Jargas hanya bisa terbangun sekitar 100 ribu SR per tahun jika pemerintah hanya mengandalkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Maka itu, pemerintah berinisiatif melibatkan perusahaan negara untuk mendukung pembangunan Jargas. "Dampaknya tidak akan terasa, karena dalam rencana umum penyediaan energi nasional disebutkan bahwa target pemasangan Jargas sekitar 5 juta SR hingga tahun 2025," ucap Ego. Sebagai informasi, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Gas Bumi Melalui Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil, Menteri ESDM dapat menugaskan BUMN migas penerima penugasan untuk melakukan pengembangan Jargas. Pengembangan Jargas ini dapat dilakukan dengan menggunakan biaya Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dan/atau BUMN migas penerima penugasan. "Porsi anggaran kementerian ESDM untuk infrastruktur dan program pro rakyat terus ditingkatkan. Setelah sejak 2018 porsinya sudah lebih dari 50 persen. Tahun 2020, pun direncanakan menjadi jauh lebih besar dari itu," kata Ego. Selama ini, kementerian diklaim terus meningkatkan pemanfaatan gas bumi Indonesia untuk kepentingan domestik dibandingkan untuk ekspor. Tren peningkatan alokasi gas untuk domestik ini rata-rata sebesar 8 persen per tahun. Bahkan tahun 2018, porsi gas untuk domestik mencapai 60 persen. Terbukti, lanjut dia, sejak tahun 2014 pemanfaatan gas domestik untuk pertama kalinya lebih besar dari ekspor yaitu sebesar 53 persen. "Tahun 2018 sekitar 60 persen. Kami harapkan di tahun 2019 bisa meningkat lagi di atas 60 persen," papar Ego. Alokasi gas bumi untuk domestik sepanjang 2018 dimanfaatkan untuk berbagai sektor, mulai dari industri hingga Jargas. Rinciannya, Liquefied Natural Gas (LNG) domestik 6,03 persen, LPG domestik 2,3 persen, kelistrikan 12,78 persen, dan pupuk sebesar 10,94 persen. Sementara itu, alokasi untuk Industri mencapai 25,25 persen, lifting minyak sebesar 2,81 persen, serta Jargas hanya 0,05 persen. Sementara itu Direktur Utama PGN, Gigih Prakoso, mengatakan, pihaknya terlebih dahulu menyiapkan kajian untuk dapat menentukan klaster jaringan gas yang akan dibangun. Gigih mengatakan, dalam lima tahun ke depan, sesuai Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), sambungan jaringan gas ditargetkan mencapai 4,7 juta sambungan. Ia mengungkapkan, sesuai klasterisasi, konsumen jaringan gas dibagi menjadi beberapa segmen. Yakni konsumen rumah tangga (RT) dan pelanggan kecil (PK). Untuk rumah tangga dibagi menjadi RT-1 yang terdiri dari rumah susun, rumah sederhana dan rumah sangat sederhana dan RT-2 yang terdiri dari rumah mewah, rumah menengah ke atasm dan apartemen. Sementara untuk pelanggan kecil yakni PK-1 yang terdiri dari puskesmas, RS pemerintah, dan panti asuhan sedangkan PK-2 yakni hotel, restoran dan perkantoran. Menurut Gigih, penambahan jargas harus diikuti dengan penambahan lapangan migas yang dikelola. Saat ini terdapat cadangan migas baru di Blok Migas Saka Kemang yang sangat potensial. “Kita akan fokus pengembangan jargas terutama untuk mendorong subtisusi penggunaan gas elpiji yang saat ini besaran subsidinya sudah luar biasa. Selain gas bumi, kita juga sudah punya produk baru berupa gas cair (LNG) yang saat ini sudah kita coba di wilayah Jawa Timur,” ujar dia. Menurut dia, seiring masuknya PGN sebagai sub holding BUMN Migas, maka tugas dan cakupan bisnis PGN menjadi lebih besar. Karena itu, pada RUPS yang digelar kali ini, perseroan menambah satu direksi yakni direktur strategi dan pengembangan bisnis.(cnn.rep)

Sumber: