Menteri Luhut Kesal Jadi Korban Hoax Pemberitaan

Menteri Luhut Kesal Jadi Korban Hoax Pemberitaan

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengaku kecewa terhadap adanya pemberitaan yang memelintir perkataan dan ucapannya, seperti sang ayah dibunuh oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Menurut Luhut, almarhum ayahnya adalah seorang sopir bus Sibualbuali di Sumatera Utara. Atas kerja kerasnya, akhirnya ayahnya menjadi pegawai Caltex dan dikirim kuliah ke Cornell University, Amerika Serikat. Jadi ia menegaskan, meninggalnya mendiang ayahnya tidak ada kaitan dengan PKI.
Ia menjelaskan, konteks pernyataan dirinya yang sebenarnya adalah menceritakan tentang seorang temannya, yakni Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. Agus adalah putra Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo, seorang Pahlawan Revolusi yang dibunuh pada peristiwa G30S/PKI.
Dalam jabatannya sebagai Gubernur Lemhannas sejak April 2016, Agus merupakan bagian dari pemerintah dalam penyelenggaraan simposium nasional bertajuk 'Membedah Tragedi 1965 dari Aspek Kesejarahan' tahun lalu di Hotel Arya Duta. Waktu itu menurutnya, muncul komentar negatif yang mengatakan, bahwa simposium sudah dipengaruhi oleh PKI. Padahal simposium ini merupakan upaya akademik untuk menganalisa tragedi '65 dari perspektif sejarah. Mendengar komentar negatif tersebut, Agus mengatakan ke saya bahwa orang yang berkomentar tersebut tidak pernah mengalami ayahnya dibunuh di depan matanya. "Ayah saya ditembak mati di depan mata saya," kata Agus yang ditirukan oleh Luhut, dalam keterangan resminya, Jumat (26/5). Dengan menceritakan ini, mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) ini bermaksud memberikan masukan kepada media dan masyarakat, agar tidak gampang terhasut dengan isu yang disampaikan oleh narasumber yang tidak valid. "Contohnya adalah isu komunisme," jelasnya. Terkait ancaman komunisme, presiden sendiri sudah memerintahkan Polri dan TNI untuk menindak tegas penyebar ideologi lain selain Pancasila. Atas instruksi tersebut, maka ia meminta media dan masyarakat, wajib mendukung upaya tersebut dengan selalu memastikan kejelasan latar belakang dari narasumber, dan tidak ikut menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya. Luhut menambahkan, sehubungan dengan adanya media yang telah mengutip pernyataannya tanpa meminta konfirmasi terlebih dahulu mengenai sang ayah yang telah dibunuh PKI, ia menyampaikan klarifikasi, bahwa pemberitaan tersebut tidaklah benar. Adapun beberapa kutipan yang diberitakan tersebut sebagai berikut: 1.Luhut Panjaitan: Bapak Saya Dibunuh PKI di Depan Mata Saya,    Bagaimana Saya Bisa      Dikatakan Pro PKI?‎ 2. Cerita Luhut Lihat Bapaknya Dibunuh PKI. 3. “Saya pengalaman, (saya pernah) lihat Bapak saya dibunuh PKI.” 4. “Agus Wijodjo (meskipun ayahnya menjadi salah satu korban tewas), dia belum pernah ngalami, lihat bapaknya dibunuh PKI,".(cr2/JPG)

Sumber: