Tunggu Pengumuman SNMPTN, Persiapkan Diri Ikut SBMPTN
JAKARTA – Pendaftaran SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) 2019 sudah ditutup Selasa malam (19/2). Kini, para siswa hanya bisa menunggu dan berharap hasil yang terbaik pada pengumuman pada 23 Maret mendatang. Sebanyak 478,985 siswa dari 14,060 sekolah menengah atas se-Indonesia sudah mendaftar dan mencetak kartu ujian. Jumlah tersebut hanya 62 persen dari total 778.849 siswa yang berhak dan layak mendaftar SNMPTN 2019. Saat ini Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) sedang mengecek data peserta dengan data bidikmisi. Sehingga tidak perlu takut bagi siswa yang belum terverifikasi bidikmisinya. Panitia akan mendaftarkan data tersebut ke Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti sebelum dilakukan seleksi oleh masing-masing 85 universitas se-Indonesia. "Selama menunggu pengumuman ya memperbanyak berdoa semoga hasilnya memuaskan bisa diterima melalui jalur SNMPTN," ucap Ketua Koordinator Pelaksana Teknis LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto saat dihubungi Jawa Pos. Meski begitu, Budi mengingatkan, agar siswa juga terus belajar dan mempersiapkan diri mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 jika nantinya gagal di SNMPTN. Pendaftaran UTBK SBMPTN akan dimulai 1 Maret hingga 1 April mendatang. Kuota yang diambil dari ujian tersebut adalah 50 persen dari daya tampung masing-masing universitas. Lebih besar dibanding SNMPTN yang rata-rata hanya 20 persen. Praktis, peluang untuk lolos dan diterima di universitas favorit lebih terbuka. Kepala Seksi Teknologi Pembelajaran Pendidikan Akademik Kemenristekdikti Fajar Priyautama mengatakan, tujuan pemerintah melakukan SNMPTN dan SBMPTN supaya memperoleh calon mahasiswa yang berkualitas. Soal yang dikerjakan bertipe high order thinking skills (HOTS) dengan materi tes potensi skolastik untuk mengukur kemampuan kognitif dan tes potensi akademik. Khusus bagi calon mahasiswa pendidikan, lanjut Fajar, siswa harus melakoni tes kompetensi pedagogi untuk mengetahui kemampuan mengajar. Hal tersebut sudah diatur dalam Permenristekdikti Nomor 55 Tahun 2017 tentang standar pendidikan guru. "Ada tes praktek mengajar karena nantinya mahasiswa itu akan menjadi guru. Dan itu mutlak dimiliki seorang calon guru," kata pria asal Klaten, Jawa Tengah itu saat ditemui di kawasan Mega Kuningan kemarin. Selain itu, Fajar mengatakan, kemenristekdikti sedang getol mendorong prgram vokasi. Program pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu. Tujuannya, supaya setelah lulus lebih mudah diserap oleh lapangan kerja karena memiliki keahlian yang spesifik. "Pendidikan tersebut setara dengan strata 1. Gelarnya sarjana terapan atau S. Tr. Jadi setelah lulus kuliah lebih cepat kerja," ujarnya. Beberapa universitas sudah memiliki program pendidikan vokasi. Atau siswa bisa memilih mendaftar ke politeknik negeri. Tidak sedikit politeknik yang sudah menjalin kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun perusahaan swasta nasional hingga multinasional. "Jadi lulusan politeknik nantinya bisa langsung diterima di perusahaan atau BUMN yang bekerja sama," terang Fajar. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Padjadjaran Arry Bainus menuturkan, kampusnya memiliki lima program studi vokasi. Yakni, akuntansi perpajakan, adiministrasi pemerintahan, administrasi publik, bahasa dan budaya Tiongkok, serta manajemen produksi media. Dan kami bersyukur, alumnus kami sudah banyak yang bekerja di televisi nasional, bahkan ada juga yang di pemerintahan," ungkap Arry. (jpnn/mas)
Sumber: