Ngantuk Dominasi Kecelakaan di Tol
TIGARAKSA - Kepala Unit Kecelakaan Lalulintas Polres Kota Tangerang, Iptu Kresna Ajie Perkasa, mengatakan, faktor manusia masih menjadi penyebab utama kecelakaan di jalan Tol Tangerang-Merak. Kata Kresna, saat stamina kurang fit para sopir sering mendengarkan musik serta memacu kendaraan cenderung stabil. Hal tersebut dapat memicu para sopir mengantuk. Dimana ditemukan kecelakaan banyak terjadi di malam hari dari mulai pukul 22.00 hingga 05.00 WIB. "Kecelakaan di tol lebih banyaknya karena mengantuk. Jalanan lengang saat malam ke pagi hari dan tidak ada hambatan, juga kecepatan kendaraan stabil. Susana itu, membuat para sopir santai, lalu mendengarakan musik yang malah sering membuat ngantuk," katanya, saat ditemui Tangerang Ekspres di ruang kerjanya, Jumat (1/2). Selain faktor manusia, kondisi sarana prasarana pendukung jalan yang tidak lengkap dapat menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas. Menurut, Kresna, kendaraan yang tidak dilakukan pengecekan juga bisa menjadi pemicu timbulnya laka lantas. "Kebetulan ada lampu jalan yang tidak menyala saat dimana terjadi kecelakaan, sehingga sopir beralasan lampu jalan tidak menyala. Selain itu, kendaraan yang tidak di cek sebelum digunakan jadi bisa mengakibatkan kecelakaan. Ada yang karena ban meletus menyebabkan kecelakaan," imbuhnya. Sementara, perilaku pengguna jalan yang tidak mematuhi rambu-rambu, dapat menimbulkan laka lantas. Serta melaju pada bahu jalan dan berhenti di pinggir jalan dengan tidak memasang rambu darurat. "Karena mereka berhenti di bahu jalan, menggunakan badan jalan.Terkadang mereka menabrak kendaraan yang sedang berhenti, dan tidak memasang rambu penunjuk atau rambu darurat saat berhenti akhirnya tertabrak," lanjutnya. Menurut data yang diperoleh Tangerang Ekspres, dari Unit Laka Lantas Polresta Tangerang, didapat angka kecelakaan pada year on year menurun sekitar 45 persen. Pada 2017, jumlah kejadian sebanyak 30 kali kecelakaan, sedangkan pada 2018 hanya terdapat kejadian sebanyak 17 kali kecelakaan. Jumlah korban meninggal dunia pada 2017 sebanyak enam kasus, dan pada 2018 hanya tiga kasus. Untuk korban luka berat pada 2017 didapat 13 berbanding 11 pada 2018. Hanya korban luka ringan yang mengalami kenaikan sebesar 110 persen dimana pada 2017 sebesar 20 kasus, sedangkan di 2018 sebanyak 42 kasus. Selain itu, kerugian meteriil untuk tahun 2018 sebesar Rp251.500.000 dan pada 2017 sebesar Rp563.000.000. Kresna mengaku, tidak ditemukan kasus kecelakaan lalu lintas karena meminum minuman beralkohol. Hal tersebut dapat dipastikan saat melakukan pengecekan pengendara yang mengalami laka lantas. Seusai prosedur, kata Kresna, dilakukan pemeriksaan pengedara dengan test urine serta melihat caranya berkomunikasi. "Kalau di jalan arteri baru ada ditemukan karena kondisi mabuk," sambunya. Sebagi upaya menurunkan angka laka lantas, Kresna, telah melakukan koordinasi dengan instansi pemeritahan yang terkait serta operator jalan tol. Selain itu, saat terjadi kecelakaan di jalan tol, pihaknya terlebih dahulu mengecek faktor jalan beserta kelengkapannya untuk melihat adanya faktor jalan menjadi penyebab utama kecelakaan. "Kampanye keselamatan yang gencar dilakukan oleh kepolisian. Kita memberi masukan dengan surat atau secara langsung kepada pihak terkait," pungkasnya. (mg-10/mas)
Sumber: