Bentrok di Depan Puspem, Batu Beterbangan 9 Orang Luka-Luka

Bentrok di Depan Puspem, Batu Beterbangan 9 Orang Luka-Luka

TANGERANG-Mahasiswa dan Satpol PP Kota Tangerang bentrok di depan kantor Pusat Pemerintahan (Puspem) Kota Tangerang, Rabu (31/1), siang. Bentrokan dipicu, aksi mahasiswa yang memaksa masuk ke dalam kompleks puspem, dihalau oleh Satpol PP. Tujuh orang mahasiswa dan dua orang Satpol PP terluka. Polisi terpaksa melepaskan tembakan peringatan untuk meredakan bentrokan. Awalnya, mahasiswa yang menamakan dirinya, Forum Aksi Mahasiswa (FAM) Kota Tangerang menggelar aksi di depan Puspem Kota Tangerang. Kedatangan mereka untuk menuntut pelayanan BPJS Kesehatan tanpa syarat. Dalam aksi tersebut, mahasiswa mendesak masuk untuk bertemu dengan Walikota Arief R Wismansyah dan anggota dewan. Lantaran tidak diberi kesempatan masuk, mereka membakar ban di depan pagar puspemkot. Karena tidak direspons oleh perwakilan pemkot, mahasiswa mencoba masuk dengan mendorong ban yang terbakar hingga masuk ke halaman parkir. "Kami ingin bertemu dengan pak wali dan berdiskusi bersama di sini. Jika tidak ada, maka kami minta perwakilanya untuk bertemu dengan kami dan kami akan beri waktu 10 menit dari sekarang. Jika tidak ada juga maka kami akan menerobos ke dalam," ujar salah satu mahasiswa. Satpol PP dan polisi membuat barikade di depan pintu masuk puspem. Waktu terus berjalan, tetap tidak ada perwakilan puspem yang datang. Mahasiswa mulai tak sabar. Mereka melempar botol air minirel ke petugas sebagai bentuk kekecewan. Masa terus mendorong petugas yang berjaga. Sempat terjadi aksi dorong-mendorong. Kapolsek Tangerang Kompol Ewo Samono lantas mencoba meredam. "Saya harap teman-teman mahasiswa untuk tenang. Silakan menyampaikan aspirasi tetapi dengan baik dan tidak rusuh," tegasnya. Ketegangan pun mereda. Namun, tak berlangsung lama. Mahasiswa kembali bereaksi, nekat menerobos barekade polisi dan Satpol PP. Pendemo mendorong petugas dan akhirnya terjadi kericuhan. Saling tendang. Bahkan sempat ada lemparan benda-benda keras. Sempat ada tembakan peringatan dari petugas kepolisian untuk meredam. Mahasiswa pun lari. Akan tetapi petugas Satpol PP terus mengejar hingga ke jalan Taman Makam Pahlawan Taruna. Saat keributan berlangsung, salah satu anggota Satpol PP Kota Tangerang yang tidak diketahui identitasnya justru meneriaki wartawan yang sedang melakukan peliputan dengan menyebut wartawan gadungan. Anggota Satpol PP yang diketahui berinisial AM bahkan menampar wartawan media online, Helmi. "Saat saya sedang meliput, terus terjadinya bentrokan. Saya sedang ngambil gambar tiba-tiba saya dihampiri dan digampar," ungkapnya. Sambung Helmi, sebelum melakukan penamparan anggota Satpol PP Kota Tangerang berinisial AM tersebut mengatakan, "Wartawan jangan menjadi pahlawan." "Saat saya mau balik lagi untuk ngambil gambar korban yang giginya berdarah, AM langsung memutar balik mengejar saya dan ngebekep terus menampar saya," imbuhnya. Saat dikonfirmasi, Kasatpol PP Kota Tangerang Mumung Nurwana mengaku tidak mengetahui adanya penamparan terhadap salah satu awak media yang dilakukan oleh anggotanya. Bahkan dirinya mencoba menghindar saat diwawancarai. "Saya gak tahu sayakan dari atas ketika saya turun udah kisruh. Sudahlah, anggota saya juga terluka," kata Mumung sambil berlalu meninggalkan wartawan. Kepala Bidang Ketertiban Umum Satpol PP Kota Tangerang Gufron Falfeli menjelaskan, kericuhan yang terjadi dalam aksi unjuk rasa itu, dipicu perilaku anarkis dari para demonstran. Kericuhan bermula dari aksi mahasiswa yang ingin memaksa masuk ke kawasan Puspem Kota Tangerang, dengan mendorong pagar dan membakar ban bekas. Beberapa petugas saat mencoba meredam aksi massa yang semakin anarkis dengan mencoba berkali-kali menenangkannya. Namun bentrokan tidak dapat terhindarkan manakala peserta aksi melemparkan benda-benda keras yang ada di sekitar lokasi aksi. "Anggota awalnya tidak terpancing, kericuhan tersebut pecah saat massa melemparkan benda-benda seperti kursi plastik, trafic cone, dan batu yang mengenai kepala salah satu perwira kami," ujar Ghufron. Ia menuturkan, anggota saat itu terpancing emosinya lantaran melihat langsung salah satu perwiranya jatuh bersimbah darah terkena lemparan batu yang diduga berasal dari kerumunan massa yang semakin beringas. "Saat itu batu dan benda-benda keras berterbangan. Anggota dengan spontan mencoba mengejar massa karena tidak terima mereka melihat langsung dua orang perwiranya roboh dengan berlumuran darah terkena lemparan batu," ucapnya. Ghufron tidak menampik, saat insiden tersebut berlangsung sempat terjadi gesekan antara petugas dan peserta unjuk rasa. Sehingga beberapa orang baik itu di antara pengunjuk rasa dan pihaknya mengalami luka-luka. "Malahan kabarnya ada rekan wartawan yang terkena dampak dari kericuhan tersebut. Saya belum mengetahui secara pasti dan saya memastikan akan segera menyelidiki hal itu," aku Ghufron. Ia mengaku, jika dugaan insiden pemukulan terhadap wartawan benar-benar terjadi, ia akan bertanggung jawab penuh. "Saya secara pribadi dan kelembagaan memohon maaf yang sebesar - besarnya, jika memang insiden pemukulan yang dialami rekan wartawan benar terjadi," paparnya. (mg-9/abd)

Sumber: