Banten Siap Sambut Libur Nataru
Ketua PHRI Banten Ashok Kumar dan Kepala Dispar Banten Eli Susiati meninjau salah satu hotel di Tangerang belum lama ini. (PHRI BANTEN FOR TANGERANG EKSPRES)--
Ketua PHRI Kota Tangsel Gusri Efendi mengatakan, Kota Tangsel memiliki karakter yang berbeda dengan kota-kota tujuan wisata lainnya. Untuk sektor pariwisata yang berkaitan dengan okupansi hotel, saat momen Natal dan Tahun Baru justru cenderung biasa saja.
Polanya memang berbeda, Tangsel adalah kota jasa dan kota hunian. Yang menarik, justru hari kerja atau weekday yang lebih ramai dibandingkan akhir pekan. Ini karena aktivitas bisnis di Tangsel cukup tinggi, banyak rapat, pertemuan kerja, hingga kegiatan perusahaan yang menggunakan fasilitas hotel," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Jumat (13/12).
Gusri menambahkan, okupansi pada hari kerja rata-rata berada di 70-80 persen, sedangkan saat akhir pekan justru turun di kisaran 50-60 persen. Ia mencontohkan kota wisata seperti Bandung, justru akhir pekan yang ramai. Namun, kota Tangsel sebaliknya, 5 hari ramai dan 2 hari landai."Ini terjadi karena sebagian besar warganya adalah masyarakat beraktivitas kerja, sementara di akhir pekan mereka lebih fokus pada kegiatan keluarga atau justru bepergian ke luar kota," tambahnya.
Menurutnya, Kota Tangsel juga dikenal sebagai sumber wisatawan. Banyak warga Kota Tangsel yang berlibur ke berbagai daerah, termasuk Bali. Bahkan sering ada ungkapan dimana pun destinasi wisata, pasti ada orang Kota Tangsel. "Ini tidak heran karena, rata-rata masyarakat kelas menengah Tangsel bisa menghabiskan Rp6-10 juta per tahun untuk kebutuhan wisata," jelasnya.
Menurutnya, untuk momen Nataru, destinasi yang ramai di Tangsel tetap hotel-hotel dan pusat kuliner tetapi, kenaikannya tidak setinggi daerah lain. Ada tantangan juga dari kawasan sekitar, terutama Gading Serpong, yang sekarang sudah punya banyak pilihan destinasi dan daya tarik baru dan ini berbeda dengan dulu saat kawasan itu masih sepi.
"Lokasinya pun dekat sekali, hanya beberapa menit, sehingga banyak warga Tangsel yang bergeser ke sana untuk rekreasi atau kuliner," tuturnya.
Gusri mengungkapkan, untuk sektor kuliner sendiri, dua hari akhir pekan biasanya sangat ramai, karena kuliner itu menjadi aktivitas keluarga. Banyak warga pinggiran Jakarta juga ikut makan di Kota Tangsel."Meski demikian pertumbuhannya tidak secepat tiga tahun terakhir, misalnya target yang dulu bisa mencapai 110 persen, kini sekitar 90 persen," ungkapnya.
Secara keseluruhan, Kota Tangsel tetap mampu mencapai target pendapatan sektor pariwisata dan jasa. "Namun, dinamika persaingan kawasan dan karakter sebagai kota hunian membuat pola keramaiannya sangat khas, weekday ramai oleh aktivitas bisnis, weekend lebih hidup di sektor kuliner, sementara hotel cenderung menurun," tutupnya.
Hal berbeda dilakukan Pemkab Tangerang, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Tangerang Ratih Rahmawati mengatakan, pemerintah daerah mengoptimalkan pariwisata lewat aplikasi Sistem Informasi Destinasi Wisata Kabupaten Tangerang (SIDEWITA). Kata dia, periode akhir tahun selalu menjadi momen meningkatnya mobilitas masyarakat, termasuk kunjungan wisata.
"Menjelang Natal dan Tahun Baru, kebutuhan masyarakat terhadap informasi wisata yang jelas dan terpercaya sangat tinggi. SIDEWITA kami dorong sebagai panduan utama wisata di Kabupaten Tangerang, mulai dari wisata alam, budaya, kuliner, hingga wisata buatan," jelasnya, Minggu, 14 Desember 2025.
Ia menjelaskan, aplikasi SIDEWITA merupakan platform berbasis web dan aplikasi yang menyajikan data destinasi wisata secara terintegrasi, lengkap dengan lokasi, fasilitas, daya tarik, hingga dokumentasi visual. Ia memaparkan, seluruh data destinasi dikumpulkan melalui pendataan langsung di lapangan oleh petugas pariwisata dan diverifikasi sebelum dipublikasikan ke dalam sistem.
Sumber:

