Mayoritas penduduk Indonesia ternyata tinggal di daerah rawan bencana. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sekitar 150 juga warga bermukim di kawasan rawan gempa.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei.
"Kemudian 64 juta jiwa di daerah rawan banjir, dan 41 juta di daerah rawan longsor dan sebagainya. Sementara itu kejadian bencana terus meningkat setiap tahun," ujar Willem pada Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-4 dan Munas Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) di Balairung Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Senin (8/5).
Willem mengatakan, kapasitas penanggulangan bencana di pemerintahan daerah juga masih belum merata.
"Penyebab bencana disebabkan laju degradasi lingkungan lebih cepat dari pemulihan," ungkapnya.
Untuk mengantisipasi bencana, maka pencegahan dan penanggulangan bencana menjadi prioritas pembangunan nasional. Pencegahan menjadi lebih prioritas.
"Diharapkam IABI dapat meningkatkan jejaring iptek untuk penanggulangan bencana. Investasi pengurangan risiko bencana dapat menjadi penggerak ekonomi pembangunan," ungkap Willem.
Selama tiga hari, dimulai kemarin hingga 10 Mei nanti, para ahli nasional dan internasional di bidang kebencanaan akan saling berbagi pengalaman, sharing knowledge serta brainstorming secara komprehensif.
Fokus yang dibahas adalah kebencanaan dan mensinergikan sains, teknologi, dan inovasi terkait kebencanaan.(gun/rmol/mam/JPG)