Siswa Tak Berani Masuk Sekolah

Kamis 09-08-2018,04:44 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

CIPUTAT-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Tangsel melakukan pertemuan dengan Polisi dan Kepala Sekolah SMK Sasmita Jaya dan Bhipuri Serpong. Ini dilakukan memastikan para siswa yang terlibat tawuran bisa kembali belajar. Kepala Dindikbud Kota Tangsel Taryono mangatakan, pertemuan dilakukan lantaran ada beberapa siswa yang belum masuk sekolah lantaran alasan tertentu, terutama di SMK Bhipuri Serpong. Diketahui, Ahmad Fauzan (17) siswa SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang korban tawuran dengan SMK Bhipuri Serpong akhirnya meninggal dunia, Selasa (7/8) Pukul 18.05 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) Jakata. Jasad warga Jalan Pedurenan III Nomor 119 Kampung Desa Pedurenan RT 03 RW 01 Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat itu telah di makamkan di TPU Kobak Desa Padurenan tak jauh dari rumahnya, Rabu (8/8) pukul 10.00 WIB. "Siswa SMK Bhipuri sampai kemarin ada yang belum masuk sekolah karena takut ada serangan balasan dan lainnya," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Rabu (8/8). Trayono menambahkan, hasil pertemuan itu polisi akan berusaha mengamankan jalur atau titik yang dianggap rawan tawuran. Sehingga membuat anak-anak aman dan nyaman bersekolah. "Kita ingin memastikan sekolah di Tangsel aman untuk menuntut ilmu," tambahnya. Agar kejadian itu tidak terulang dan cepat selesai, Dindikbud akan mengumpulkan siswa untuk penguatan pendidikan karakter. Di dalamnya akan ada deklarasi pelajar anti-kekerasan, anti- narkoba dan radikalisme. Kegiatam pertama akan dilakukan di SMK Sasmita Jaya Pamulang dan akan dihadiri 1.000 siswa dari SMK Sasmita Jaya 1 dan 2. "Ini menyangkut pembinaan dan pendidikan di Tangsel, kita berusaha agar anak-anak tidak melakukan perbuatan yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain," tuturnya. Sementar itu, Kepala SMK Bhipuri Sutrisno mengatakan, sampai Rabu (8/8) siswanya yang masuk sudah mencapai 80 persen, hany sekitar 10 orang saja yang tidak masuk. "Mudah-mudahan siswa yang tidak masuk bisa segera masuk dan tawuran tidak terjadi lagi untuk masa depan anak-anak," ujarnya. Di tempat yang sama, Kepala SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang Aser Simamora mengatakan, siswa yang menjadi korban dan meninggal merupakan anak didiknya dan hanya satu-satunya siswa yang ikut tawuran dari sekolahnya. "Hanya korban yang ikut tawuran dari sekolah saya. Murid saya ada 2.770 siswa, siswa perempuan mencapai 70 persen atau 1.400," ujarnya. Kepala SMK Sasmita Jaya 2 Pamulang M. Husein mengatakan, ada beberapa siswanya yang terlibat tawuran dan satu siswa telah dikeluarkan. Untuk memberi efek jera kepada siswa lain, pihaknya telah membuat tata tertib dengan 34 point. "Tujuannya untuk memberi peringatan siswa agar tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan diri sendiri," ujarnya. Sementara itu, Kasat Intel Polres Tangsel AKB Febri Nurjam mengatakan, data dan nama pelaku sudah ada, tinggal menungu waktu penangkapan saja. "Ini beban moril semua pihak dan semua punya tanggung jawab bersama," ujarnya. Febri berharap Satpol PP Tangsel agar mengaktifkan kembali patroli atau razia pelajar saat jam sekolah maupun setelah pulang. "Ini salah satunya untuk mengatasi aksi balasan yang belakangan ramai beredar di media sosial," tambahnya. Sementara itu, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher mengatakan, tawuran terjadi karena pembinaan belum maksimal. Ada interval waktu dari pulang sampai rumah antara 4 sampai 6 jam. Salah satu cara untuk mengatasi persoalan itu dari Kemenag adalah akan mengisi pembelajaran kitab kuning. "Termasuk penambahan ekstra kulikuler di sekolah," katanya. Pada bagian lain, Kapolres Tangsel AKBP Ferdy Irawan mengatakan, sejumlah senjata tajam yang dipakai pelajar saat tawuran disembunyikan di sebuah warung. "Pengakuan mereka (disimpan di warung), tapi ini kita sisir, jadi masukan kita jadi fokus nggak cuman ke anak-anak, tapi tempat biasa mereka nongkrong. Dari saksi 16 orang dititipkan di tempat nongkrong. Jadi sekolah nggak bawa," ujar Ferdy. Namun, polisi tetap fokus kepada pelaku utama karena tengah disembunyikan oleh keluarga, untuk pemilik warung belum diputuskan apakah kena sanksi atau tidak. "Kita sudah tahu, cuma orangnya disembunyikan oleh pihak keluarga. Dari gambar kita udah tahu. Ini masalah waktu (penangkapannya, red). Kita fokus ke pelaku utama," ujarnya. Tawuran tersebut, lanjut Ferdy, terjadi secara spontan. "Keterangan saksi nggak sengaja ketemu. Jadi dua kelompok ketemu dan terjadi lah (tawuran). SMK Bhipuri sama Sasmita memang sudah turun-temurun itu. History begitu." (bud/mer/esa)

Tags :
Kategori :

Terkait