JAKARTA-Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melejit sebagai calon wakil presiden di survei Indikator Politik Indonesia (IPI). Dalam survei IPI, elektabilitas AHY sebagai cawapres Jokowi mencapai 16,3 persen. Sedangkan Anies Baswedan 13,0 persen, disusul Gatot Nurmantyo 7,0 persen, Sri Mulyani 6,1 persen, Mahfud MD 5,0 persen, Ridwan Kamil 3,9 persen, Tito Karnavian 2,9 persen, dan Muhaimin 2,6 persen. Politikus PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno menanggapi santai hasil survei IPI (Indikator Politik Indonesia) yang menempatkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres terkuat di Pilpres 2019. Hendrawan menuturkan, hasil survei memang masih naik turun. Persepsi publik masih mudah berubah. Perbedaan metodologi juga menghasilkan hasil berbeda. Selain itu, pihaknya juga masih pengin fokus ke pemilihan kepala daerah (pilkada). "Kami fokus ke pilkada saja dulu," tegas Hendrawan, Jumat (4/5). Hendrawan juga menambahkan, hasil survei lembaga lain juga ada yang menyatakan Jusuf Kalla diharapkan maju lagi karena menjadi cawapres terfavorit. Survei lain ada pula yang merilis elektabilitas Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang terus meningkat. Selain itu, lanjut Hendrawan, ada pula yang melihat Rizal Ramli sebagai cawapres potensial. "Pokoknya industri survei bergeliat. Pasar popularitas sedang diperebutkan," kata Hendrawan. Dia tidak pengin berspekulasi soal sosok cawapres untuk petahana Joko Widodo, apakah dari unsur partai politik atau luar. Menurut Hendrawan, saat ini partainya fokus untuk membuat program menghadapi Ramadan, kemudian Bulan Bung Karno. "Pokoknya tidak ada gunanya terburu-buru, berspekulasi, untuk meramaikan fantasi demokrasi. Kami rem dulu," ujarnya. Menurutnya lagi, semua tokoh yang potensial selalu masuk daftar panjang PDI Perjuangan. "Kami adalah rumah besar bagi talenta bangsa, inklusif," katanya. Diketahui, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menyebutkan akan ada pemimpin baru pada 2019. Soal ini, Jubir Demokrat Ferdinand menjelaskan, pernyataan itu belum tentu untuk mengganti Joko Widodo (Jokowi) di pemilu presiden (pilpres) mendatang. Ferdinand mengatakan, SBY semula merespons banyaknya permintaan warga yang memintanya maju kembali sebagai calon presiden (capres). Namun, mantan tentara yang sudah dua periode menjadi Presiden RI itu menegaskan bahwa dirinya tak mungkin lagi menjadi capres karena undang-undang melarangnya. “Kemudian Pak SBY menyampaikan, insyaallah 2019 akan ada pemimpin baru. Artinya begini, pemimpin baru itu adalah satu paket presiden dan wakil presiden. Jadi bisa saja calon presidennya tetap Jokowi dan wakilnya orang baru yang lebih bisa mengisi kekurangan Pak Jokowi," ucap Ferdinand kepada JPNN, Senin (23/4). Dengan begitu, lanjut Ferdinand, akan ada figur baru yang lebih peduli kepada rakyat. Atau, bisa juga memang ada capres dan calon wakil presiden (cawapres) baru. Yang pasti, kata Ferdinand, partainya ingin memberikan yang terbaik bagi rakyat. Menurutnya, bisa saja PD akan ikut berkoalisi mengusung Jokowi dengan menyodorkan kader sebagai cawapres. "Justru bisa saja nanti Jokowi yang berpasangan dengan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono, red). Ini pun kategori pemimpin baru," jelas Ferdinand. Lebih lanjut Ferdinand mengatakan, PD membuka pintu untuk berkoalisi dengan partai mana pun. Dia menjamin capres yang diusung PD figur baru karena partai pemenang Pemilu 2009 itu tak mengusung capres saat Pilpres 2014. "Terkahir adalah, 2014 partai ini tidak mengusung calon presiden sehingga siapa pun capres-cawapres 2019 yang diusung Demokrat, tentu itu adalah pasangan baru bagi Demokrat," pungkasnya.(jpc)
Hasil Survei: AHY Cawapres Terkuat
Sabtu 05-05-2018,04:15 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :