Menu-menu lezat itu dijajakan di tenda ala pedagang kaki lima (PKL) dengan tempat makan terbuka. Harganya pun terbilang murah dibanding di tempat aslinya yang mencapai puluhan ribu per porsi.
Culinary Night kali ini menghadirkan 20 tenant yang terdiri dari 15 hotel dan 5 restoran. Ketua PHRI Kota Tangerang, Oman Jumansyah mengatakan, event ini spesial dalam rangka memperingati Kota Tangerang yang usianya menginjak 25 tahun.
"PHRI hadir di acara ini dengan harga terjangkau dan dapat dinikmati masyarakat. Makanan hotel dan restoran dapat dinikmati dengan harga terjangkau, paling mahal Rp 25 ribu," ujarnya. Lebih lanjut, Kata Oman, masyarakat dapat menikmati berbagai hidangan dari hotel berbintang dengan harga murah. "Kita berharap industri perhotelan dan restoran di Kota Tangerang mendapat dukungan dan support dari masyarakat, karena tanpa mereka kita tidak ada apa-apanya," tandasnya.
Rangkaian acara dibuka sekira pukul 19.30. Festival ini menampilkan sejumlah tari tradisional dan modern asli Tangerang seperti Tari Kembang Tengger. Selain itu, ada pula Tari Dulalak dan Silat Tradisional Beksi. Akan tetapi yang paling ditunggu yakni acara puncak yaitu penampilan D'masiv. Disbudpar juga menyiapkan kejutan berupa kembang api di penghujung acara.
Kepala Disbudpar, Rina Hernaningsih menerangkan, Culinary Night kali ini merupakan kado spesial bagi masyarakat Kota Tangerang. "Memeriahkan HUT Kota Tangerang ke-25, tahun perak. Kita sudah empat kali merayakan bersama PHRI, pada acara kali ini ada video mapping juga dan lebih meriah karena banyak hiburan," ujar Rina. Ia juga mengatakan festival ini dibuka dengan kesenian baru Tangerang, yakni Tari Kembang Tengger. Selain itu, tambah Rina, dimeriahkan juga dengan tari-tarian dan kesenian lain dari Federasi Olaraga Rekreasi Masyarakat (FORMI).
"Kota Tangerang itu awalnya diambil dari kata Tangger, oleh karena itu kita namakan Tarian Kembang Tengger," tuturnya. Sebelumnya, Disbudpar telah memperkenalkan dua tarian baru yakni Tarian Nyi Mas Melati dan Lenggang Cisadane.
Andi, warga Tanah Tinggi, sengaja datang bersama istri dan anaknya yang berusia 3 tahun untuk mencicipi hidangan dari hotel dan restoran di festival kuliner ini. "Tadi mencoba nasi goreng dan bir pletok, lumayan terjangkau harganya daripada kita datang langsung ke hotel dan restorannya kan lebih mahal juga," ucap Andi. Kendati demikian, ia berharap ke depannya, apabila digelar acara serupa, diadakan di tempat yang lebih luas. "Kursinya kurang banyak, jadi sedikit sulit mendapat tempat untuk makan," pungkasnya.(mg-05)