TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Wilayah Tangerang Raya, yang meliputi dua kota dan satu kabupaten yakni Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi daerah langganan banjir ketika musim penghujan di Provinsi Banten.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, Lutfi Mujahidin mengatakan, berdasarkan pemetaan risiko, BPBD Banten telah mengidentifikasi ratusan titik rawan bencana yang tersebar di kabupaten/kota se-Banten.
Seperti rawan longsor terkonsentrasi di wilayah Banten Selatan seperti Kabupaten Lebak dan Pandeglang karena kontur geografis yang didominasi pegunungan. Sementara rawan banjir titik terbanyak berada di wilayah Tangerang Raya, serta beberapa titik di Kota Serang dan Kota Cilegon.
"Jumlah titiknya banyak, ratusan se-Banten. Paling banyak titik banjir itu di wilayah bawah seperti Tangerang Raya dan beberapa di Serang," ungkapnya usai Apel Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi tingkat Provinsi Banten, di lapangan BPBD Banten, Kota Serang, Senin (24/11).
BPBD juga terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi cuaca ekstrem yang diprediksi oleh BMKG akan berlangsung cukup panjang, yakni hingga Maret 2026. Dengan kondisi tersebut, pihaknya telah menyiapkan sebanyak 450 personel gabungan. Jumlah ini terdiri dari 80 personel BPBD, ditambah dukungan dari TNI, Polri, relawan, OPD terkait, serta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
Namun sayangnya, pelaratan yang ada di BPBD dinilai sudah tua dan butuh peremajaan."Antisipasi cukup, tapi sebetulnya butuh peremajaan alat. Beberapa perahu karet sudah bocor, bukan karena tidak dirawat, tetapi karena kerawanan medan saat operasi, misalnya terkena kayu," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat, khususnya yang tinggal di zona merah bencana, untuk meningkatkan kewaspadaan. Warga di area langganan banjir diminta untuk memahami rute evakuasi dan mulai mengamankan aset berharga.
"Kepada masyarakat di titik zona bencana, mohon menyiapkan diri. Dokumen-dokumen penting seperti ijazah dan surat tanah sebaiknya mulai diamankan sebagai antisipasi jaga-jaga," paparnya.
Sementara itu, Gubernur Banten Andra Soni menyampaikan, Provinsi Banten melalui BPBD tengah bersiapsiaga dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti banjir, longsor, kekeringan, puting beliung, badai, dan gelombang pasang.
Andra mengatakan, berdasarkan prakiraan BMKG beberapa hari ke depan, sejumlah wilayah di Provinsi Banten diprediksi akan mengalami hujan dengan kategori tinggi sampai dengan sangat tinggi.
"Karena itu kegiatan pada hari ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk bersikap proaktif dalam upaya membangun kewaspadaan dini, mitigasi, risiko potensi dan ancaman bencana hidrometeorologi," katanya dalam sambutan.
Ia menjelaskan, upaya mitigasi dan penanganan bencana ini membutuhkan peran seluruh stakeholder, seperti TNI, Polri, relawan, hingga masyarakat. Meski begitu, Andra meminta agar infrastruktur penanganan bencana berbasis masyarakat pada seluruh titik rawan bencana segera dipersiapkan.
"Termasuk upaya mitigasi peningkatan kapasitas masyarakat serta penguatan sistem peringatan dini harus terus kita tingkatkan secara berkelanjutan," ujarnya.
Menurutnya, Pemprov Banten membutuhkan manajemen krisis penanganan bencana secara terintegrasi dan berkelanjutan. proses ini yang meliputi serangkaian upaya untuk mencegah, mengurangi, mempersiapkan, merespons, dan memulihkan dampak bencana, baik sebelum, saat, maupun sesudah kejadian.
"Tentunya dengan melibatkan partisipasi masyarakat serta seluruh stakeholder, khususnya dalam upaya meningkatkan kapasitas-kapasitas petugas dan relawan dalam penyelenggaraan tanggap darurat serta tahapan pemulihan pasca bencana," ungkapnya.