TANGERANGEKSPRES.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat literasi dan inklusi keuangan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang merupakan salah satu segmen prioritas dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) 2021-2025.
Hal itu ditandai dengan peluncuran Buku Saku Literasi Keuangan bagi Pekerja Migran Indonesia dengan tema 'PMI Cerdas Finansial, Menuju Indonesia Maju'.
Peluncuran buku ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara OJK, Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI), dan Bank Indonesia (BI) dalam menghadirkan panduan praktis bagi para PMI dan keluarganya untuk memahami cara mengelola keuangan secara bijak, aman, dan berkelanjutan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, mengatakan pekerja migran Indonesia merupakan pahlawan devisa yang memberikan kontribusi besar bagi ekonomi nasional.
"Para pekerja migran meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan harapan hidup bagi keluarga dan masyarakat, baik di daerah asal maupun di negara tempat bekerja," katanya dalam keterangan, Selasa (11/11).
Ia menjelaskan, besarnya potensi ekonomi dari pekerja migran Indonesia yang dapat menjadi pengungkit bagi penguatan inklusi dan pemberdayaan keuangan nasional.
Tak hanya itu, ia juga menegaskan bahwa pemberdayaan PMI tidak hanya soal perlindungan, tetapi juga kemandirian finansial untuk membangun masa depan yang lebih sejahtera.
Berdasarkan data KP2MI dan Bank Indonesia, pada tahun 2024, nilai remitansi atau pengiriman uang yang dikirimkan ke Indonesia mencapai Rp251-263 triliun, setara dengan sekitar 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, yang berasal dari lebih dari 3,9 juta pekerja migran Indonesia.
Rata-rata setiap pekerja mengirimkan sekitar Rp64 juta per tahun atau Rp5,3 juta per bulan kepada keluarga di tanah air.
"Kalau melihat arus remitansi pekerja migran membuka peluang besar bagi industri jasa keuangan nasional juga ya. Artinya, seluruh pelaku industri, baik perbankan, pegadaian, asuransi, maupun lembaga keuangan mikro, punya tanggung yang jawab besar ya, untuk meningkatkan literasi dan juga terutama inklusi," katanya.
Friderica menegaskan bahwa peluncuran buku saku ini merupakan langkah konkret untuk melindungi PMI dari risiko keuangan sekaligus meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola pendapatan.
"PMI yang cerdas finansial, khususnya di era digital, akan meningkatkan kesejahteraan dirinya dan keluarga, serta berkontribusi pada pembangunan ekonomi sektor keuangan," tuturnya.
Sementara itu, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia / Kepala BP2MI, Mukhtarudin menuturkan, apresiasi atas sinergi lintas lembaga yang diwujudkan dalam peluncuran buku saku ini sebagai langkah nyata peningkatan literasi dan pelindungan bagi PMI.
"Buku saku ini menjadi panduan bagi para pekerja migran agar lebih bijak menggunakan keuangannya," jelasnya.
Ia menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menjaga data pribadi dan menghindari penipuan yang memanfaatkan rekening atau identitas PMI.