“Ada sekitar 15 orang, terdiri dari mahasiswa dan pelajar. Ada yang masih kelas 1 SMA ikut-ikutan. Setelah ini akan kita proses, kita periksa, kita ambil data-datanya, kemudian kita berikan himbauan. Orang tuanya juga akan kita panggil,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hengki memastikan bahwa aparat tetap disiagakan untuk mengantisipasi adanya penyusup yang berupaya memperkeruh suasana.
“Tugas polisi adalah mengamankan rakyat dan masyarakat, agar Banten, khususnya Kota Serang, tetap aman. Kalau ada anggota saya di lapangan, mereka memang bertugas untuk mengantisipasi kejadian-kejadian menonjol,” tutupnya.
Gelombang aksi di Serang kali ini menjadi catatan penting bagi perjalanan demokrasi di Banten. Tuntutan massa yang menolak represivitas aparat, menolak kenaikan gaji DPR, hingga menyoroti kesenjangan sosial, menunjukkan bahwa suara kritis masyarakat Banten terus bergelora.
Namun, kericuhan yang berujung pada perusakan fasilitas publik kembali meninggalkan pekerjaan rumah besar, bagaimana aspirasi rakyat dapat tersalurkan tanpa harus dibayar dengan bentrokan dan korban. (rud/ald)