Buku Bumi Lorasae, Ajak Generasi Muda Peduli Sejarah

Kamis 24-07-2025,21:22 WIB
Reporter : Endang Sahroni
Editor : Endang Sahroni

Penulis buku ini, Wahyuni Refi, ketika ditanya soal moti­vasinya menulis buku ini, me­nyampaikan, motivasi ter­besarnya adalah ingin ber­bicara dan memberikan sum­bangsih tentang sebuah seja­rah yang terjadi antara Indo­nesia dan Timor Leste, yang ia lihat dan rasakan masih sangat kurang berimbang ten­tang Indonesia dan Timor Leste.

”Bukan bicara persoalan lu­ka atau apa yang sudah ter­jadi, tapi apa yang akan kita hadapi bersama kedepan se­perti apa? Bukan dalam ar­tian menghapus luka, tapi ada proses healing, ada proses kesadaran bersama antara Indonesia dan Timor Leste bahwa dari luka itu kita sama-sana belajar, sama-sama men­cari tentang jatidiri dari kedua bangsa,” kata Refi di Gerak Gerik Cafe & Bookstore, Ci­putat, Tangerang Selatan.

”Karena saya merasa risau sebenarnya dengan generasi Z (Gen Z) di kedua negara yang buta sejarah atau abai terhadap sejarahnya karena bagi saya sejarah itu adalah pondasi dari sebuah bangsa dan peradaban. Betapaun buruknya, betapapun kelam­nya tetap kita harus melihat itu sebagai sebuah pembe­lajaran,” tuturnya.

Ia mengatakan, pesan utama dalam buku ini adalah tentang kemanusiaan san sebuah cin­ta. Sebuah perang, sam­bung Refi, bagaimanapun itu bukanlah sesuatu hal yang baik dan perang menghan­curkan peradaban dan selalu menyisakan luka dan yang menjadi korban utama adalah perempuan, anak anak dan juga masyarakat lainnya. 

Ia menjelaskan, buku ini ia tulis selama 1,7 bulan (satu tahun tujuh bulan) karena awalnya ini adalah riset untuk film tentang Timor Leste yang berbicara tentang proses rekonsiliasi, kemanusiaan dan hal lain. 

”Proses riset film sangat sa­yang kalau tidak dituangkan dalam narasi atau buku yang melihat pijakan hubungan Indonesia - Timor Leste,” ucap Refi.

Kedepan, pihaknya  akan membuat film tentang Indo­nsia dan Timor Leste dengan pesan tentang kemanusiaan, perdamaian dan bagaimana proses healing akibat perang kedua negara.

Shooting film akan dimulai Oktober 2025 ini di Timor Les­te, Atambua dan Kupang. Proses Shooting diperkirakan memakan waktu 3-4 bulan yang lama itu justru risetnya, karena ini bukan sekedar cerita ta­pi memang ada base on historicalnya. 

Rencananya film ini akan disutradarai Dedi Mizwar dan seorang Sinematografer Yudi Datau yang kebetulan me­miliki visi yang sama dengan didukung beberapa artis ter­nama.

Tantangan dalam membuat buku ini, lanjut Refi, adalah menerapkan karya sastra, me­ngingat generasi kita keba­nya­kan gaya narasinya ber­tutur dan tugas saya adalah menjaring generasi sekarang untuk peduli terhadap ssjarah, termasuk film. (esa)

Kategori :

Terpopuler