Kota Tangsel merupakan daerah endemis DBD. Dinyatakan endemis karena dalam 3 tahun terakhir selalu melaporkan kejadian Kasus DBD. Dari 1 Januari sampai 11 Mei 2024 berjumlah 461 kasus dan tidak ada kasus kematian. Sedangkan jumalah kasus DBD tahun 2023 berjumlah 420 kasus serta juga tidak ada kematian.
Dari data perbandingan, kasus DBD pada 2024 mengalami peningkatan kasus dibandingkan pada 2023. "Untuk laporan bulanan kasus DBD pada 2024 Januari terdapat 70 kasus, Februari 131 kasus, Maret 167 kasus, April 71 kasus dan pada minggu ke dua Mei ada 22 kasus," jelasnya.
"Dari data tersebut grafik laporan bulanan pada April dan Mei kasus DBD sudah bisa dikendalikan," tuturnya.
Wanita berkerudung ini mengaku, adapun Kecamatan dengan kasus tertinggi dari 1 Januari sampai 11 Mei 2024 yaitu Kecamatan Pamulang dengan 91 kasus, Kecamatan Serpong 86 kasus, Kecamatan Ciputat 73 kasus, Kecamatan Pondok Aren 65 kasus.
"Selanjutnya Kecamatan Serpong Utara 63 kasus, Kecamatan Setu 42 kasus dan Kecamatan Ciputat Timur 41 kasus," ungkapnya.
Untuk upaya pengendalian program DBD di Kota Tangsel yaitu meliputi pencegahan dan pemutusan matarantai penularan. Untuk pencegahan Dinas Kesehatan
Kota Tangsel sudah melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3 M plus dengan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
"Sedangkan untuk pemutusan mata rantai penularan dengan cara melakukan penyemprotan fogging untuk wilayah yang terjadi penularan kasus DBD berdasarkan penyelidikan epidemiologi (PE) yang dilakukan oleh petugas puskesmas di bantu dengan koordinator jumantik di tiap-tiap wilayah," katanya.
Mantan Direktur RSU Kota Tangsel ini menuturkan, upaya yang sudah dilaksanakan pada April dan minggu ke dua Mei adalah pemberian larvasida selektif untuk daerah/RW/RT Endemis DBD, fogging focus, lenyuluhan DBD, rapat jumantik, rapat Pokja dan Pokjanal DBD, sertifikasi RW bebas jentik (RW. 07 Kelurahan Ciater, RW. 07 Kel. Serpong dan RW. 01 Kelurahan Serpong.