Selama Dua Bulan Terjadi 201 Kasus DBD di Tangerang Selatan

Rabu 28-02-2024,10:56 WIB
Reporter : Een Amelia
Editor : Sutanto

TANGERANGEKSPRES.ID - Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat dicegah serta dikendalikan. DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus atau infeksi virus akut yang disebabkan virus dengue.

 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, wilayahnya merupakan daerah endemis DBD. Dinyatakan endemis karena Kota Tangsel dalam 3 tahun terakhir selalu melaporkan kejadian Kasus DBD.

 

"Kalau dari 1 Januari 2024 sampai 27 Februari 2024 berjumlah 201 kasus dan tidak ada kasus kematian," ujarnya kepada TANGERANGEKSPRES.ID, Rabu (28/2/2024).

 

Menurut Allin, berdasarkan data dari Januari 2023 sampai Februari 2023 terjadi 86 kasus DBD dan total kasus DBD selama 2023 sebanyak 420 kasus serta tidak ada kematian.

 

"Dari data perbandingan kasus DBD tahun 2024 mengalami peningkatan kasus dibandingkan tahun 2023 dibulan yang sama," katanya.

 

Wanita berkerudung ini menjelaskan, masing-masing kecamatan terdapat kasus DBD. Pihaknya mencatat kasus DBD yang terjadi dari 1 Januari 2024 sampai 27 Februari 2024. Yakni, Kecamatan Serpong 40 kasus, Kecamatan Pamulang 36 kasus, Kecamatan Serpong Utara 29 kasus.

 

"Kemudian Kecamatan Pondok Aren 27 kasus, Kecamatan Ciputat Timur 24 kasus, Kecamatan Setu 23 kadud dan Kecamatan Ciputat 22 kasus," paparnya.

 

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tangsel Eliwedi Erni mengatakan, upaya pengendalian program DBD di wilayahnya yaitu pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan.

 

"Untuk pencegahan kami sudah melakukan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 M plus dengan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik," ujarnya.

 

Menurut Eliwedi, untuk pemutusan mata rantai penularan dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan (fogging) untuk wilayah yang terjadi penularan kasus DBD. Fogging dilakukan berdasarkan penyelidikan Elepidemiologi (PE) yang dilakukan oleh petugas puskesmas di bantu dengan koordinator jumantik di tiap-tiap wilayah.

 

"Berdasarkan data dan analisa 5 tahun terakhir di Kota Tangsel trend kasus DBD akan mengalami peningkatan kasus di bulan Desember, Januari, Februari, Maret sampai dengan April seiring dengan musim hujan," katanya.

 

Wanita berkerudung ini mengaku, pihaknya mengajak seluruh warga untuk antisipasi atau mengendalikan DBD. Caranya dengan melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3 M plus diantaranya menguras, menutup, dan mendaur ulang.

 

"Serta menghindari gigitan nyamuk dan partisipasi masyarakat dalam gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J) di rumahnya masing-masing minimal 1 minggu sekali," ucapnya.

 

Eliwedi menuturkan, gejala DBD antara lain hari 1-3 fase demam mendadak tinggi disertai berbagai gejala yang muncul. Hari 4-5 merupakan fase kritis demam turun, hari 6-7 fase penyembuhan demam kembali tinggi sebagai reaksi dari kesembuhan.

 

Apabila mengalami gejala tersebut segera periksakan segera ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. "Jika mengalami gejala syok yang ditandai dengan kaki, tangan dingin, kulit lembab, dan tampak gelisah agar segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan," tuturnya. (*)

Kategori :