Ini bisa menjadi momentum paling langka dalam sejarah Indonesia. Minggu (6/8) sekitar 8 ribu umat Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah berada dalam satu forum. Dua ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut mengadakan acara Halalbihalal Akbar di gedung Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang (UM). Para petinggi kedua ormas menyebut bahwa momen itu baru kali pertama terjadi di negeri ini.
Suasana keakraban dua ormas tersebut ditunjukkan mulai dari pintu masuk Graha Cakrawala. Petugas keamanan dari Barisan Ansor Serbaguna (Banser) milik NU dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda (Kokam) milik Muhammadiyah selalu berdampingan mengantarkan setiap tamu yang datang. Begitu pula kader Muslimat NU dan Aisyiyah Muhammadiyah. Mereka berjajar seiring untuk menyambut semua undangan. Begitu damai.
Pesan damai juga tecermin di panggung acara bertema Meneguhkan Ukhuwah dalam Bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) demi Terwujudnya Islam Rahmatan Lilalamin tersebut. Foto besar pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari terpajang di sisi kanan dan kiri panggung. Panitia dari dua pihak juga menayangkan logo dua organisasi itu secara bergantian di layar besar.
Suasana kian khidmat dan membuat haru hadirin ketika lagu mars milik NU Syubbanul Wathon (Ya Lal Wathon) dan mars Muhammadiyah (Sang Surya) dinyanyikan secara bergantian. Ribuan umat saling memberikan aplaus panjang.
Kedamaian kian terasa saat para petinggi NU dan Muhammadiyah saling melontarkan candaan. Misalnya, ketika Ketua Pengurus Besar NU (PB NU) Saifullah Yusuf menyebut sudah tidak zamannya lagi NU dan Muhammadiyah saling ejek, saling serang. Saat ini yang dibutuhkan adalah dua organisasi tersebut saling bekerja sama untuk memperkukuh umat Islam. Sebab, tinggal dua ormas itulah yang memiliki basis massa besar dan ideologinya pas dengan NKRI. ”Jadi, kalau masih ada yang saling ejek, saling serang, berarti mereka adalah orang NU dan Muhammadiyah anyaran,” sindir Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf.
Pria yang juga menjabat wakil gubernur Jatim tersebut menyatakan, atas nama pengurus PB NU, dirinya angkat topi atas terselenggaranya acara halalbihalal dua ormas yang didirikan Dahlan-Asy’ari (sebutan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari) itu. Bahkan, acara tersebut bisa membuat adem negeri ini saat mulai muncul benih-benih yang akan berusaha membenturkan NU-Muhammadiyah. Dengan mengadu domba NU-Muhammadiyah, Indonesia pun bisa ikut goyah. ”Makanya, kami bersyukur ada yang damai di Kota Malang. KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan juga sama-sama mengajarkan kedamaian,” imbuh pria asal Pasuruan tersebut.
Dalam kesempatan itu, Gus Ipul sempat ”menggoda” ribuan anggota Muslimat dan Aisyiyah yang duduk berjajar. ”Kalau semua rukun dan jejer begini, saya doakan anggota Muslimat dan Aisyiyah tetap cantik walau sudah tua. Iwak peyek sego tahu, sampek tuwek tetep ayu (Rempeyek nasi lauk tahu, sampai tua tetap cantik),” canda Gus Ipul sekaligus menutup sambutannya.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang Dr Abdul Haris menambahkan, momen tersebut baru kali pertama terjadi. Misinya adalah menunjukkan kepada masyarakat bahwa pendiri NU KH Hasyim Asy’ari dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan sebenarnya punya banyak kesamaan. Punya guru yang sama, yakni KH Saleh Darat Al Samarangi, Syekh Mahfud Al Tarmasyi, dan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau.
Karena gurunya sama, bisa dipastikan ajarannya pun sama. Yang membedakan hanya metode dakwahnya. Sebab, masyarakat yang dihadapi waktu itu juga berbeda. ”Dahulu KH Ahmad Dahlan lebih dekat dengan masyarakat perkotaan, sementara KH Hasyim Asy’ari dengan masyarakat pedesaan,” jelas Haris.
Karena itu, Haris tidak ingin setelah acara tersebut, masih ada yang berusaha membentur-benturkan NU dan Muhammadiyah. ”Bersatunya NU dan Muhammadiyah dari Malang ini semoga bisa menginisiatori daerah lain,” katanya. (asa/abm/c7/fat)