Kerjasama PT Pelabuhan Indonesia III dengan Dubai World Port dalam pengelolaan terminal petikemas di Surabaya akan berakhir pada 30 April 2019. Ada kekhawatiran berakhirnya kerjasama tersebut akan berdampak pada anak usaha Pelindo III, yakni PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS).
Perubahan tersebut akan membuat manajemen yang ada saat ini akan sepenuhnya menjalankan roda perusahaan tanpa keterlibatan pihak asing sama sekali ke depannya.
Meski demikian, faktanya, saat ini 100 persen kegiatan operasional TPS dikendalikan oleh anak bangsa Indonesia sendiri tanpa keterlibatan tenaga asing.
Direktur The National Maritime Institute (NAMARIN) Siswanto Rusdi menilai, perubahan mendasar yang akan terjadi dalam tubuh TPS patut diapresiasi mengingat kemampuan yang dimiliki oleh anak bangsa yang berada di TPS dalam mengelola terminal dapat diandalkan.
“Jika melihat data yang ada, kinerja anak bangsa kita di TPS bukan hanya dapat diandalkan malah sangat baik. Jadi, saya kira tidak akan ada masalah dengan performansi terminal manakala DPW tidak lagi terlibat dalam manajemen PT TPS. Dengan kinerja mereka saat ini saya berharap mereka harus makin baik nantinya,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (6/8).
Dengan akan berubahnya komposisi manajemen TPS, Siswanto berharap semua pemangku kepentingan terkait harus mengawal agar rencana terminasi atau berakhirnya waktu kerjasama tersebut agar tidak terjadi kegaduhan di kemudian hari.
“Cukup kegaduhan dalam bisnis kepelabuhanan nasional terjadi di Jakarta saja, tidak perlu berulang di Surabaya. Karenanya, sebagai sahabat dalam komunitas kemaritiman nasional NAMARIN berharap besar kepada manajemen Pelindo III, PT TPS dan para pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja yang ada di Tanjung Perak menyiapkan dengan baik proses tersebut,” tandasnya. (cr4/JPC)