Desa Jatiluwih , Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan di kaki Gunung Batukaru, suhunya cocok untuk budidaya jeruk. Saat ini Jeruk Kintamani sudah berhasil ditanam sejumlah warga di desa itu. Bahkan akan dikembangkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga.
Perbekel Desa Jatiluwih, I Nengah Kartika menjelaskan. saat ini baru sekitar empat hingga lima orang warganya menanam jeruk. Luasnya mencapai 5 hektare yang ditanami Jeruk Kintamani. Budidaya Jeruk Kintamani cukup berhasil. Karena potensi di Desa Jatiluwih juga cukup baik.
“Ternyata suhu disini juga bagus untuk berkebun Jeruk dan cukup berhasil,” paparnya Jumat (4/8) kemarin. Untuk saat ini, kata dia hasil panen Jeruk Kintamani belum dipasarkan ke pasaran melainkan baru dipasarkan di sekitar Desa Jatiluwih. Dan itu sangatlah membantu warga ketika ada rahinan atau Pujawali di Pura. Lantaraan biasanya harga buah-buahan akan cenderung naik ketika rahinan tiba.
“Sementara baru dipasarkan di Desa Jatiluwih, tetapi sangat membantu karena kalau membeli buah dipasar sudah pasti harganya melonjak saat ada rahinan tertentu. Tetapi dengan panen Jeruk Kintamani ini, kami mengkonsumsi buah lokal yang merupakan hasil bumi dari Desa kami sendiri,” papar Kartika.
Atas hal tersebut pihaknya bersama Kelian Subak Abian di Desa Jatiluwih sudah berkoordinasi untuk mengembangkan penanaman Jeruk Kintamani melalui BUMDes. “Ke depan Jeruk Kintamani ini akan kami kembangkan lebih lanjut, terlebih sudah mendapatkan apresiasi dari Bapak Wakil Bupati Tabanan,” tandasnya.
Salah seorang petani yang menanam Jeruk Kintamani, Ni Wayan Sumarni, mengatakan, ia tidak menyangka jeruk yang ditanam akan cukup berhasil. “Awalnya saya jual di desa saja, tetapi kedepan mungkin akan mulai dijual ke pasar,” ujarnya.
Petani jeruk lainnya, I Nengah Sutirtayasa menambahkan jika perbedaan unsur hara tanah di Kintamani dan di Jatiluwih jelas membuat tanaman jeruk berbeda, mulai dari hama hingga rasa jeruk. “Kalau Jeruk di Jatiluwih kadar airnya banyak, segar meskipun agak asam, tetapi yang manis juga banyak,” ungkapnya.
Ia sendiri mulai menanam jeruk dua tahun yang lalu dan hingga saat ini sudah panen 3 sampai 4 kali. Dalam satu pohon, ia bisa memanen 3 hingga 5 kilogram jeruk. Apabila batang pohon jeruk semakin besar maka pada umumnya 4 tahun buah jeruk yang dipanen bahkan bisa mencapai 10 kilogram.
Dan untuk menjaga pohon jeruk agar senantiasa tumbuh dengan baik, Sutirtayasa rutin memupuk jeruk dengan kotoran ayam dari kandang ayam yang ia miliki. “Sebelum saya punya jeruk, kotoran ayam di kandang memang sering kali dibawa ke Kintamani untuk memupuk jeruk. Tetapi sekarang saya punya jeruk, jadi saya gunakan pupuknya langsung, dan mobilitas pengangkutan kotoran dengan truk di Jatiluwih sudah berkurang, ini juga sangat baik untuk pariwisata,” paparnya.
Sedangkan untuk mengantisipasi seranga hama, ia rutin melakukan penyemprotan dengan bahan organik seminggu sekali tergantung dari serangan hama yang terjadi. Kedepan dengan komitmen Desa untuk mengembangkan Jeruk Kintamani, ia pun berharap bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
“Untuk saat ini Jeruk baru hanya memenuhi kebutuhan restoran yang ada di sekitar Jatiluwih dan kebutuhan warga saat Odalan atau Rahinan, kedepan kami berharap bisa menjangkau pasar yang lebih luas,” pungkasnya (bx/ras/yes/JPR)