Tekad Indonesia menjadi salah satu negara penghasil dan eksportir kopi terbesar dunia terus digenjot. Hal tersebut relevan jika dilihat dari potensi maupun indeks daya saing kopi. Fungsional Statistisi Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Sri Wahyuni mengungkapkan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan rasio kemampuan swasembada diketahui bahwa kopi Indonesia berdaya saing tinggi. Skor Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) kopi Indonesia sepanjang 2012–2016 mencapai kisaran 0,80 hingga 0,95,
"Artinya komoditas kopi Indonesia memiliki daya saing yang kuat ekspor kopi," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (4/8). Bahkan, skor ISP kopi antara bulan Januari–Mei 2017 cukup tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2016, yaitu sebesar 0,93.
Menurutnya, apabila dilihat dari rasio kemampuan swasembada dengan indikator Self Sufficiency Ratio (SSR), kopi Indonesia tahun 2016 skor 255,90 persen. Artinya seluruh kebutuhan kopi domestik dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sendiri dan bahkan ekspor dalam jumlah besar.
"Potensi sumber daya untuk mengembangkan perkopian Indonesia sangat besar, di mana ada 10 provinsi sentra kop," ungkap Sri.
Sepuluh daerah itu Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Timur, Bengkulu, Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur dengan kontribusi 87 persen dari produksi nasional. Serta 24 provinsi lainnya dengan share 13 persen.
Wahyuni menjelaskan produksi kopi Indonesia tahun 2016 sebesar 639 ribu ton dengan luas tanaman 1,2 juta hektar. Peluang industri kopi di Indonesia dinilao sangat bagus dengan semakin dikenalnya kopi Indonesia di Eropa dan Amerika, terutama kopi khusus (specialty coffee) yang menjadi tren dunia saat ini, seperti kopi gayo, kopi mandailing, kopi lampung, kopi bajawa dan lainnya. Sementara Data TradeMap (2017), menyebutkan eksportir kopi terbesar dunia saat ini adalah Brasil, Vietnam, Kolombia, Jerman dan Indonesia.
"Kontribusi ekspor kopi tahun 2016 menyumbang devisa USD 1,01 miliar atau 3,95 persen dari total ekspor komoditas perkebunan. Beberapa negara tujuan ekspor kopi Indonesia adalah Amerika Serikat 26,77 persen dari total ekspor USD 269,94 juta, dan berikutnya Jerman 8,94 persen dan Jepang 8,58 persen," ungkapnya.
Langkah Kementan mendongkrak daya saing kopi Indonesia dengan berbagai cara. Di antaranya meningkatkan sistem perbibitan, pupuk dan tata kelola air sehingga produktivitas naik menjadi 1 ton per hektar.
Selain itu, program replanting untuk mengganti tanaman kopi yang kurang produktif dan memperluas luas areal tanam kopi jenis arabika yang bernilai ekonomi tinggi sehingga populasi kopi robusta dan arabika menjadi seimbang.
Upaya peningkatan produksi juga dilakukan melalui pengembangan kopi dengan jenis kopi khusus (specialty coffee) dari berbagai daerah di Indonesia yang bernilai tinggi seperti kopi gayo, kopi mandailing, kopi lampung maupun kopi bajawa.
Terakhir, pemerintah melalui Kementan, Kemenperin, Kemendag, BPOM bersama swasta, Asosiasi Pengusaha dan Petani Kopi Indonesia lebih gencar dan kontinyu untuk mempromosikan kopi Indonesia baik di dalam negeri maupun luar negeri. (ika/JPC)