Pasar Ritel Tetap Tumbuh

Kamis 03-08-2017,09:14 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Kinerja emiten sektor ritel hingga paruh 2017 masih positif meski konsumsi domestik mengalami perlambatan. Salah satu yang cukup moncer PT Matahari Department Store Tbk.  Laba emiten berkode LPPF itu tumbuh 15,6 persen menjadi Rp 1,34 triliun. Pertumbuhan laba tersebut disebabkan kenaikan pendapatan bersih Rp 5,74 triliun atau naik 10,8 persen dibandingkan semester pertama tahun lalu. Perusahaan yang termasuk dalam Grup Lippo itu juga meraup pertumbuhan penjualan delapan persen. ’’Kami tetap yakin bahwa (pelemahan konsumsi domestik) itu hanya siklus dan bukan merupakan tantangan yang struktural. Pembelian konsumen akan kembali membaik dalam jangka waktu menengah,’’ ujar CEO dan Vice President Director LPPF Richard Gibson di Jakarta. Meski sedang menghadapi tantangan konsumsi domestik, Matahari masih berencana ekspansi 6–8 gerai tahun ini. Pertumbuhan laba juga dialami PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dari Rp 2,34 triliun pada semester pertama tahun lalu menjadi Rp 2,76 triliun pada semester pertama tahun ini. Hasilnya, laba bersih ACES naik 37,6 persen menjadi Rp 328,1 miliar. Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyamada menilai kebangkitan e-commerce membayangi kinerja perusahaan ritel konvensional.  Persaingan yang ketat dengan e-commerce membuat harga jual semakin murah sehingga margin yang diterima peritel semakin kecil. Peritel besar pun meluncurkan media belanja online seperti ACES, LPPF, MPPA (PT Matahari Putra Prima Tbk), serta MAPI (PT Mitra Adiperkasa Tbk).  Reza menilai emiten ritel yang menyasar kelas menengah ke bawah patut lebih diwaspadai pelaku pasar. Misalnya, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).  DNET mencatatkan kenaikan pendapatan 145,2 persen. Namun, laba bersihnya anjlok 71,03 persen menjadi Rp 30,5 miliar. AMRT juga mencatat laba bersih yang tidak sejalan dengan pendapatan. Pendapatan AMRT naik dari Rp 26,87 triliun pada semester pertama 2016 menjadi Rp 30,52 triliun pada semester pertama 2017. Namun, laba bersihnya turun 16,38 persen menjadi Rp 75,5 miliar. ’’Ritel menengah ke bawah itu besar biaya ekspansinya. Mereka sangat ekspansif sehingga bisa menggeser pasar ritel besar. Enggak enaknya, pertumbuhan labanya melambat,’’ kata Reza. Dengan data tersebut, Reza menilai daya beli konsumen sebenarnya masih besar. Namun, masyarakat sangat sensitif terhadap perubahan harga sehingga menurunkan minat konsumen. Analis NH Korindo Arnold Sampeliling menambahkan, konsentrasi konsumen kini terpusat pada pengeluaran untuk biaya pendidikan sehingga rencana belanja tertahan.  ’’Masa Lebaran kemarin orang membagi kebutuhan konsumsi dengan kebutuhan sekolah anak,’’ paparnya. (jpg)

Tags :
Kategori :

Terkait