Terjadinya stagnasi ekspor di sejumlah negara, pemerintah terus mencari sasaran negara baru untuk pengembangan pasar ekspor. Salah satunya Afrika Selatan. Pemilihan Afrika Selatan dianggap pangsa pasar yang menjanjikan. Pasalnya negara itu paling maju di Benua Afrika.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, untuk memperlancar realisasi ekspor, pihaknya akan memanfaatkan skema imbal dagang (counter trade) bagi produk yang pengelolaannya masih melibatkan peran antarpemerintah
Contoh produk yang masih melibatkan peranan pemerintah itu yakni produk energi (minyak dan gas) dari Afrika yang dapat dibarter dengan produk alutsista, transportasi, dan kelapa sawit Indonesia.
“Selain penjajakan (Preferential Trade Agreement (PTA) pemerintah juga membantu dari segi government to government lewat skema imbal dagang," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Jumat (21/7).
Langkah itu mendapat apresiasi dariPeneliti Institute of Development Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto. Menurutnya konseyang akan dilakukan tersebut bisa menguntungkan kedua pihak.
Dikatakannya, membuka pasar lewat Afsel adalah langkah yang tepat, karena Afsel adalah negara paling maju di Afrika. “Konsepnya sih pasti bagus itu ya, karena kan bisa menguntungkan kedua pihak. Kalau di Afrika ya memang yang paling maju itu Afrika Selatan,” ujar Eko.
Peneliti lulusan Universitas Indonesia (UI) ini menuturkan, hal yang tidak boleh luput dari perhatian pemerintah yakni, bagaimana pengejawantahannya nanti dapat terlaksana sesuai dengan harapan. Baik dari segi dagangnya, maupun segi investasi.
“Yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara mengimplementasikannya itu. Ketika kita menyodorkan model skema imbal dagang yang istilahnya fair trade, nanti bagaimana menindaklanjutinya di bawah. Baik sifatnya dagang, maupun investasi. Karena dua itu pasti terkait antara hubungan dagang dan hubungan investasi,” jelas Eko.
Menurut Eko jumlah investasi yang diberikan kepada suatu negara akan berbanding lurus dengan volume perdagangan yang dihasilkan. Bukan tidak mungkin nanti ada penerbangan yang langsung menuju ke Afsel akibat darimultiplier effect-nya.
“Misalkan, investasi ke Afrika Selatan semakin besar, biasanya juga nanti akan diikuti oleh volume perdagangan yang semakin besar juga. Dari situlah kemudian bisa menimbulkan aktivitas ekonomi sekunder, misalkan penerbangan kesana jadi ada, kaya gitu multiplier effectnya,” pungkasnya. (iil/JPC)