Tahun ajaran baru 2017/2018 mulai bergulir. Para peserta didik mulai menjalani kegiatan belajar mengajar di tingkat baru. Beberapa dari peserta didik, khususnya sekolah dasar (SD) mulai memburu buku sekolah eletronik (BSE) dan buku tematik. Beberapa toko buku merasa kewalahan melayani permintaan konsumen, mengingat stok terbatas.
Pengusaha toko buku di Jalan dr Wahidin Bojonegoro, Hariyanto mengungkapkan, permintaan buku pelajaran SD merangkak naik sekitar 30 persen. Penjualan meningkat karena peserta didik biasanya enggan menggunakan buku yang dipinjamkan dari sekolah.
Terkadang buku-buku yang dipinjamkan sekolah sudah rusak atau stoknya memang sedang kosong. “Karena buku-buku BSE atau tematik memang sangat ekonomis, mulai dari Rp 6.900 hingga Rp 15 ribu saja,” ucapnya.
Meski demikian, persedian stok di tokonya terbatas, karena beberapa tingkat SD atau sekolah belum serentak penerapan kurikulumnya. Kini masih ada sekolah yang KTSP, Kurikulum 2013 (K-13), dan K-13 yang disempurnakan. “Hal tersebut membuat mungkin stok dari penerbit tidak terlalu banyak, dikarenakan kurikulum yang masih belum serentak,” jelasnya.
Terpisah, staf toko buku di Jalan Panglima Sudirman, Fury Arinta mengungkapkan penjualan buku pelajaran SD memang merangkak naik yakni sekitar 25 persen. Namun, stok yang tersedia di tokon juga terbatas, sehingga beberapa konsumen kecele. “Buku-buku yang dicari buku tematik SD dan kadang mencari kamus bahasa inggris,” pungkasnya. (bj/gas/haf/bet/JPR)