Warga Medang Tak Butuh Sumur Arthesis

Kamis 23-07-2020,04:26 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

PAGEDANGAN – Warga Perumahan Medang Lestari, RT 05/12, Kelurahan Medang, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, dibuat bingung akan keberadaan mesin pengeboran air. Tepatnya di lahan fasilitas sosial dan umum (fasum). Warga mulai mempertanyakan maksud dan tujuan keberadaan peralatan pengeboran. Informasi yang berhasil dikumpulkan Tangerang Ekspres, ada proyek pengadaan sumur Arthesis yang dimaksudkan menyediakan air pada musim kemarau. Pengeboran dimulai pada Kamis (9/7), dengan waktu kerja mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WIB setiap harinya. Perwakilan warga Perumahan Medang Lestari, RT 05/12, Fredy Fakpahan menjelaskan, keheranan yang dialaminya terjawab setelah berkomunikasi dengan ketua RT dan RW, pada Sabtu (11/7). “Kita langsung diskusi sesama warga. Setelah dicari informasi mengenai sumur Arthesis ternyata membahayakan dan membuat kering sumber air yang sudah ada,” jelasnya, Rabu (22/7). Fredy memaparkan, keheranan kedua yakni proyek pengadaan sumur Arthesis secara tiba-tiba dibangun tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada penghuni perumahan. Ia menilai, adanya arogansi dari pemerintah yang memaksakan pengeboran. “Ternyata sumur itu awal mula dibangun di Wonosobo, Jawa Tengah. Tetapi secara sekejap dipindahkan di sini. Ada apa. Kemudian tidak ada sosialisasi dahulu kepada kita. Minimal musyawarah setuju atau tidak warga di sini,” jelasnya. Fredy mengungkapkan, warga mendatangi lokasi pengeboran usai mendapatkan informasi dari RT dan RW. Puluhan penghuni perumahan Medang Lestari langsung menyatakan sikap penolakan terhadap adanya proyek sumur Arthesis. “Jelas kita tolak. Kita pasang segel. Kita juga beritahu perumahan sebelah yang cluster. Mereka juga terusik. Akhirnya pada Selasa (14/7) kita rapat di kelurahan. Warga yang setuju termasuk ketua RW berdebat dengan kita yang menolak. Putusannya, proyek dihentikan sementara,” paparnya. Adapun alasan warga menolak, kata Fredy, karena selama musim kemarau tidak mengalami kekeringan seperti daerah lain. “Kita tidak butuh sumur Arthesis. Musim kemarau air di sini ada. Tidak pernah kurang. Kata pak RW itu proyek dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Namun tidak tepat sasaran,” tegasnya. Ia melanjutkan, keberadaan sumur Arthesis membuat sumur bor milik warga kekeringan. “Itu kan sumur langsung ke urat nadi air bawah tanah. Kalau jadi air tidak perlu dipompa sudah keluar. Saat rapat di kelurahan disampaikan warga akan dikenakan tarif mengambil air dari sumur Arthesis,” paparnya. Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang, Ahmad Taufik mengatakan, pengadaan sumur arthesis merupakan program pemerintah pusat. Pengeboran sumur diketahui dari surat tembusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. “Iya ada suratnya ke kita (pemkab) dari pusat. Sumur arthesis itu merupakan program pusat dan di kita hanya ketempatan proyeknya saja. Pemkab Tangerang tidak ada giat pengadaan sumur arthesis itu meruapan program pusat,” jelasnya. (sep/mas)

Tags :
Kategori :

Terkait