Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Juni 2017 terjadi inflasi sebesar 0,69 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,72. Hal itu sesuai pantauan di 82 kota. 79 kota mengalami inflasi dan 3 kota mengalami deflasi. Tentunya catatan tersebut merupakan angka inflasi saat momen Ramadan dan Lebaran.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,69 persesehatan sebesar 0,34 persen, kelompok makanan jadi, minuman dan rokok. Tembakau sebesar 0,39 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,75 persen, kelompok sandang sebesar 0,78 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,34 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Juni) 2017 sebesar 2,38 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2017 terhadap Juni 2016) sebesar 4,37 persen. “Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks pengeluaran,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (3/7).
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Juni 2017 tentu terjadi saat Ramadan dan Lebaran di antaranya tarif listrik, tarif angkatan udara, tarif angkutan antar kota, ikan segar, bawang merah, daging ayam ras, pepaya, emas perhiasan, beras, ayam hidup, daging ayam kampung, daging sapi, ikan diawetkan, bayam dan lainnya.
Pada Juni 2017 sebagian besar kelompok pengeluaran memberikan andil atau sumbangan inflasi yaitu kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, kelompok perumahan, air, listrik, dan gas, dan lainnya. “Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tidak memberikan sumbangan terhadap inflasi nasional,” ungkapnya.
Selama Ramadan dan Lebaran di bulan Juni, pada kelompok bahan makanan terdapat komoditas yang memberikan andil atau sumbangan inflasi. Yaitu ikan segar, bawang merah, daging ayam ras, beras, daging sapi, dan sejumlah sayur mayur. (cr1/JPG)