Kans Kaltim memiliki dua kilang migas masih terjaga. Spekulasi yang menyebutkan bahwa pembangunan kilang Bontang dipindah ke Aceh ditepis Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar. Wamen memastikan, kemajuan pembangunan kilang Bontang sesuai rencana.
“Lokasi sudah ada dan sudah kami sampaikan kepada investor, kecil kemungkinan (kilang Bontang) untuk dipindah,” kata Arcandra saat menggelar pertemuan dengan Gubernur Awang Faroek Ishak di Balikpapan, pekan lalu.
Dia melanjutkan, Pertamina sudah mempersiapkan teknis pembangunan kilang Bontang kapasitas 300 ribu barel per hari. BUMN migas ini juga sudah mempersiapkan investasi hingga proses perizinan.
Sehingga, ucap Wamen, kecil kemungkinan investasi kilang Bontang dipindahkan ke daerah lain tanpa alasan jelas. “Sangat kecil kemungkinan akan dipindah,” tegasnya.
Pernyataan ini membuat Pemprov Kaltim dan Pemkot Bontang bernapas lega. Sebab, informasi yang diterima Gubernur Awang Faroek Ishak dari putranya Awang Ferdian Hidayat di Komisi VII DPR, ada desakan di parlemen agar proyek kilang Bontang dipindah ke Aceh.
“Saya dengar dari anak saya yang kebetulan anggota DPR RI. Apakah (kilang) akan dipindahkan ke Aceh? Kami butuh kepastian di sini," ujar dia.
Awang mengaku heran ada sejumlah anggota DPR RI menginginkan pemindahan proyek kilang minyak ke Aceh. “Gas dan minyak Aceh sudah habis. Buat apa dibangun di sana (Aceh)," kata Gubernur.
Awang mengungkapkan, Kaltim sudah menyiapkan lahan di Bontang sebagai lokasi pembangunan kilang minyak. Lahan saat ini dalam proses sertifikasi kepemilikan Pertamina dari sebelumnya LNG Badak
Diketahui, hingga akhir Mei lalu, sembilan perusahaan masuk dalam shortlisted calon mitra Pertamina untuk pelaksanaan proyek Grass Root Refinery (GRR) Bontang yang akan berkapasitas 300 ribu barel per hari.
Sementara pada 28 Februari lalu, Pertamina telah melaksanakan public expose untuk GRR Bontang. Sebanyak 94 calon mitra menghadiri kegiatan tersebut. Hasilnya, ada 12 perusahaan memiliki kapasitas sebagai global player pada bisnis kilang minyak dan petrokimia itu.
Menurut Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi, hasil evaluasi perusahaan berdasarkan balasan RFI (request for information) dari para calon mitra hingga April lalu, terdapat sembilan perusahaan yang memenuhi kualifikasi dan masuk pada tahapan berikutnya.
Pertamina, tuturnya, dengan sepengetahuan pemegang saham akan menetapkan calon mitra setelah melalui negosiasi langsung dengan calon mitra.
“Calon mitra ini belum dapat kami sampaikan sekarang karena masih harus melalui tahapan-tahapan selanjutnya. Seperti negosiasi yang melibatkan manajemen puncak. Shortlisted terdiri dari pemain global dan regional di bidang migas. Kami berkomitmen untuk dapat menetapkan calon mitra terbaik untuk GRR Bontang, tentu dengan proses yang prudent dan transparan,” kata Hardadi sebagaimana dikutip dari laman resmi Pertamina.
Setelah penetapan, sambung dia, Pertamina bersama mitra strategis akan memulai proses Bankable Feasibility Study (BFS) yang ditargetkan selesai pada awal tahun 2018 sekaligus menuntaskan pembentukan konsorsium. Selanjutnya, penetapan Preliminary Investment Decision 1 yang menggambarkan perkiraan awal investasi proyek GRR Bontang.
Pelaksanaan pembangunan kilang di Bontang merupakan tindak lanjut dari Keputusan Menteri ESDM 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016 yang menugaskan Pertamina untuk membangun dan mengoperasikan kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur.
Pada tahap awal, Pertamina akan masuk dengan minimal kepemilikan sekitar 5 persen hingga 25 persen. Selanjutnya, mempunyai hak atau pilihan untuk meningkatkan kepemilikan dalam periode yang akan disepakati kemudian.(riz2/k15/fab/JPG)