Masih Menjanjikan, Atap Daun Kirai Tetap Diproduksi

Jumat 18-10-2019,06:19 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

KRESEK – Meski bangunan saat ini kebanyakan sudah menggunakan atap dari genteng dan asbes, namun tidak membuat produksi atap tradisional atau atap dari daun kirai berhenti. Ternyata, permintaan masih tetap banyak untuk mengatapi peternakan kandang ayam, saung di kebun maupun lesehan pada sebuah restoran dan cafe. Di Desa Jengkol, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang pengrajin atap kirai ini masih banyak ditemukan. Salah satunya Janah, yang hingga saat ini masih aktif membuat anyaman tersebut. Meski jumlah permintaan atap tradisional tersebut sudah melewatkan masa-masa kejayaannya, namun setiap hari ada saja pesanan yang harus dipenuhi Janah. Proses pembuatan atap dari daun kirai. Dimulai dari pemotongan daun kirai di kebunnya. Mengumpulkan daun kirai. Setelah dikumpulkan, pohon kirai mulai diikat ke potongan batang bambu berukuran panjang 1,5 meter. Proses itu dinamakan proses penganyaman. Setelah menyerupai atap, daun kirai dikirim ke para pemesan. Janah mengatakan, jika profesi yang dilakoninya itu ia dapatkan dari kedua orangtuanya yang merupakan penganyam atap kirai. Katanya, sehari bisa membuat 15 sampai 20 lembar atap kirai. Untuk bahan bakunya sangat mudah ditemukan di kebun kirai dan bahkan tidak mengeluarkan biaya sepersenpun. “Bahan dasarnya gratis sehingga tidak butuh modal yang besar untuk membuat atap kirai ini,” kata Janah, sambil menganyam atap kirai, Kamis (17/10). Janah mengaku, soal harga setiap atap dijual Rp2.500 per lembar. Dia menjelaskan, anyamannya itu semakin kering makin kuat dan anti bocor. Makanya, sebagian besar pembeli memilih atap yang sudah kering. Dia menambahkan, soal penjualan juga tidak terlalu sulit, karena kulitas atap tradisionalnya itu cukup bagus. “Pemesan atap kirai didominasi para pemilik kandang ayam. Sekali pesan bisa mencapai 1.000 sampai 1.500 lembar atap kirai,” tutur Janah, kepada Tangerang Ekspres. Warga Kampung Panameng RT 03/05, Desa Jengkol ini mengatakan, sudah bisa menghitung untuk memproduksi 50 lembar atap daun kirai, membutuhkan waktu mulai pagi sampai sore. Berarti, apabila ingin membuat 1.000 lembar atap daun kirai membutuhkan 20 hari. Muhtar, Penjabat Kepala Desa (Pj Kades) Jengkol mengatakan, kisaran seratus kepala keluarga (KK) menjadi pengrajin daun kirai di sejumlah RT di Desa Jengkol. Salah satu di Kampung Panameng RT 03/05. “Usaha kerajinan tangan ini adalah usaha turun menurun dari nenek moyang mereka (warga-red). Sebab, terdapat daun kirai yang melimpah di Desa Jengkol. Luas tanah yang ditumbuhi pohon kirai sekitar 2 hektare,” jelasnya. “Atap berbahan daun kirai banyak dijual ke sejumlah pemilik kandang ayam di sejumlah kecamatan di Kabupaen Tangerang. Kendala pengrajin, pemasarannya yang masih kurang, jadi belum dikirim sampai ke kota-kota lain,” pungkasnya. (zky/mas)

Tags :
Kategori :

Terkait