GLASGOW – Raheem Sterling mengumpan jauh ke depan gawang Craig Gordon. Harry Kane pun melihatnya, dan kemudian menyelinap di antara kawalan dua pemain belakang Skotlandia, Kieran Tierney dan Charlie Mulgrew. Kane pun menyambut umpan itu dengan sontekan manis dari kaki kanannya, dan Inggris pun selamat dari kekalahan. Ya, gol Kane pada menit kedua injury time itu menyelamatkan Inggris dari noda pertama atas Skotlandia yang sudah bertahan 32 tahun tersebut. Inggris mengimbangi Skotlandia 2-2 (0-0) dalam matchday keenam Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona UEFA Grup F yang berlangsung di Hampden Park, Glasgow, Minggu dini hari kemarin WIB (11/6). "Saya mengakhirinya sebagai hari yang spesial," sebut Kane setelah pertandingan seperti dikutip The Guardian. Bagi Kane, bentrok ke-114 dua negara yang masih tergabung di Britania Raya itu memang laga spesial. Hurrikane – julukan Kane – pertama kali mendapat kepercayaan menjabat sebagai kapten timnas Inggris. Kepercayaan itu didapat Kane pada saat usianya menginjak di 22 tahun 10 bulan 12 hari. Dalam sejarah timnas Inggris, kapten dengan usia yang termuda masih dipegang Bobby Moore. Dia jadi kapten The Three Lions – julukan Inggris – pada saat usianya baru 22 tahun 1 bulan 16 hari. Bedanya, Moore tidak mengawali debutnya sebagai kapten dengan mencetak gol, seperti yang dilakukan Kane. Bagi penyerang Tottenham Hotspur itu, ini mengakhiri penantian golnya. Sebelum gol menit akhir itu tercipta, Kane sudah setahun tak pernah mencetak gol bagi Inggris. Hanya, Kane tak mau terlalu berlebihan dengan capaiannya tersebut. Sebaliknya, dia menganggap ini sebagai pelajaran baginya. "Tertinggal 1-2 hingga menit akhir itu seperti ini rasanya. Pada akhirnya kami menemukan solusi lain untuk menghindarinya dan ini satu angka yang bagus," klaim top scorer Premier League musim 2015-2016, dan 2016-2017 itu. Terpisah, Southgate seperti dikutip ESPN mengaku sudah punya firasat dengan gol Kane itu. "Mungkin saya akan duduk di sini dan membahas tentang seberapa lama sejak dia tak dapat mencetak gol bagi Inggris apabila dia (kemarin) tak menciptakan gol. Sungguh brilian baginya, bahwa saat dia bisa mengatasi tekanan, maka itu terlihat lebih mudah dari sebelumnya," ungkap Southgate. Inggris tetap berada di puncak meski tertahan di Glasgow. Tapi, bukan itu pelajaran yang bisa dipetik dari lawatan ke Glasgow tersebut. Pelajaran pentingnya, dengan menurunkan skuad mudanya, Inggris tetap sulit untuk dikalahkan. Seperti diketahui, dari komposisi starter Inggris, ada empat pemain yang usianya di bawah 23 tahun. Kane salah satunya. Selain Kane, ketiga pemain lainnya antara lain Eric Dier (23 tahun), Dele Alli (21), Marcus Rashford (19). Tiga pemain yang disebut pertama bahkan berada dalam satu klub, Spurs. Selain empat pemain itu, dua dari tiga pemain pengganti pun usianya masih di bawah 23 tahun. Alex Oxlade-Chamberlain yang masuk mengganti Rashford usianya baru 23 tahun. Lalu Raheem Sterling yang jadi pengganti Alli pun usianya juga 22 tahun. Menurut Southgate drama kemarin penting untuk mengasah karakter skuad mudanya. "Ini momen sangat bagus untuk tim, terutama soal karakter dan kemampuan menghadapi kejadian yang menyulitkan mereka," beber Southgate. Apabila ditarik mundur ke belakang, selama Kualifikasi Piala Dunia 2018 di zona UEFA ini rata-rata Inggris memainkan empat pemain U-23 sebagai starter-nya. Rata-rata umur starter-nya pun di angka 25 tahun. Untuk laga kemarin, rata-rata usia pemainnya 25,8 tahun. ''Itu yang harus kami tunjukkan, kami harus jadi tim yang tak mudah dihabisi,'' ucap pria yang menangani tim usia di bawah 21 tahun Inggris selama tiga tahun itu sejak 2013 hingga 2016 itu. Nah, dengan pengalamannya itu, diyakini Inggris akan banyak memasukkan pemain usia muda di eranya. Apalagi dalam kurun waktu 1 x 24 jam kemarin, timnas usia muda Inggris bisa menunjukkan taringnya dalam dua turnamen beruntun. Pertama pada Minggu dini hari kemarin WIB anak muda Inggris juara di Toulon Tournament 2017. Harusnya, Inggris mengirim tim U-20-nya ke turnamen tersebut. Tetapi, karena benturan dengan Piala Dunia U-20 yang berlangsung di Korea, maka The Young Lions –julukan Inggris Usia Muda– mengirimkan tim U-19-nya. Mereka juara setelah mengalahkan Pantai Gading, di final menang adu penalti 5-3 setelah imbang 1-1 di waktu normal. Itu kali kedua beruntun Inggris juara di turnamen tersebut. Gelar kedua didapat kemarin. Inggris U-20 untuk kali pertama menjuarai Piala Dunia U-20 begitu menang 1-0 atas Venezuela di Suwon World Cup Stadium, Suwon, tadi malam WIB. "Itu seperti ada generasi kecil pemain yang hilang," kata Southgate, 30 Mei lalu, dikutip Independent. Menurut Southgate, minimnya tempaan di klub dapat jadi penentunya. "Misal Rashford. Saya melihatnya bermain di laga-laga besar, di Premier League, di Piala FA, di Eropa sampai di perempat final, atau semifinal, dia punya peran penting di laga besar. Maka pemain muda inilah yang harus ada di skuad kami," tutur Southgate yang mengawali debutnya di Inggris ketika usia 25 tahun itu. Dari skuad juara Piala Dunia U-20 misalnya. Dari 23 nama yang diusung pelatih Inggris U-20, Paul Simpson, tak banyak yang pernah dapat jatah main di klubnya. Pemain dengan total laga terbanyak di Premier League didapat Ademola Lookman. Dia musim ini delapan kali main untuk Everton di Everton, dan mencetak satu gol. Lantas, Josh Onomoah yang seklub dengan Kane di Spurs hanya bermain lima kali, Ovie Ejaria yang baru bermain dua laga di Premier League bersama Liverpool. Sayang, mereka tidak bisa seperti Rashford yang pernah bermain di Eropa. (jpnn/apw)
YANG MUDA & BERBAHAYA
Senin 12-06-2017,04:24 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :