Ali Saga tidak pernah mengira bisa sukses memasarkan usaha kaki palsunya hingga ke luar negeri. Bermula dari hanya niat membantu, warga Neglasari ini justru menjadikan keterampilannya tersebut sebagai mata pencaharian yang memberikan keuntungan dan manfaat baginya dan orang lain.
Pada 2005, Ali mengalami musibah kecelakaan yang membuatnya harus dirawat sekitar dua bulan. Selama di rumah sakit, ia sempat melihat beberapa pasien yang menangis karena diamputasi.
“Ada salah satu pasien menangis karena tidak mampu membeli kaki palsu. Di kamar rumah sakit, saya berjanji akan membuatkan kaki palsu untuknya,” kata Ali saat ditemui di sanggarnya yang berlokasi di Kompleks Serbaguna Sitanala Lorong 6, Kecamatan Neglasari, Rabu (26/6).
Setibanya di rumah, Ali pun mencoba membuat kaki palsu dengan bahan seadanya. Tapi sayang, setelah kaki palsu hampir jadi, ibu itu tidak bisa dihubungi. Akhirnya Ali mencari tetangganya yang kakinya diamputasi.
Hingga suatu hari, sebuah yayasan mendatanginya dan tertarik atas usaha kaki palsu, hingga langsung meminta dibuatkan 150 kaki palsu yang dihargainya Rp 500.000. Ali senang sekaligus bingung, sebab tidak mungkin ia mengerjakan kaki palsu sebanyak itu seorang diri. Ia pun merekrut beberapa tetangganya untuk memproduksi kaki palsu.
Akhirnya, Ali mendapat kontrak dari yayasan tersebut untuk keliling Indonesia membagikan kaki palsu secara gratis. Pesanan pun mulai datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa lainya bahkan dari luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura. Tak cuma Asia Tenggara, Jerman, Swiss dan Belanda pun mulai memesan kaki palsu buatannya.
Pengorbanannya membuahkan hasil. Meski tujuan utamanya bukan mencari keuntungan, tapi Ali berhasil menjadikan kaki palsunya sebagai ladang amal sekaligus bisnis. (kom)