KPU Gelar Simulasi Pemungutan dan Perhitungan Suara

Senin 25-03-2019,07:39 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

SERANG - Komisi Pemiliha Umum (KPU) Kota Serang menggelar Simulasi pemungutan suara dan penghitungan suara pemilahan umum (Pmeilu) 2019 di STIA Maulana Yusuf Cinanggung, Minggu (24/3). Simulasi tersebut bertujuan merepresentasikan kejadian pemungutan suara seperti di TPS. Ketua KPU Kota Serang Ade Jahran mengatakan bahwa simulasi pemungutan suara dilakukan guna mengetahui kendala dan masalah apa saja yang mungkin akan timbul saat pelaksanaan pemungutan suara nanti. Karena itu suasana simulasi dibuat senyata mungkin dengan kondisi saat pada hari H dengan menghadirkan KPPS, pemilih, kotak suara, dan aneka peralatan yang dibutuhkan. Simulasi tersebut melibatkan 250 orang yang berpartisipasi sebagai pemilih. "Penekanan simulasi lebih pada pemahaman KPPS," ujar Ade. Selain simulasi pemungutan suara simulasi ini juga dilanjutkan dengan perhitungan surat suara sampai penyalinan hasil pemungutan suara. Hasil simulasi akan menjadi pemetaan masalah sehingga solusinya akan dapat dipecahkan. Sehingga setiap ada masalah maka KPU akan bisa memberikan solusi yang harus diambil oleh KPPS. "Untuk waktu, ya jam 13.00 TPS harus sudah ditutup dan langsung melakukan penghitungan suara. Enggak boleh ada perpanjangan waktu," ujarnya seraya menambahkan setelah penghitungan suara di tingkat TPS maka akan langsung disampaikan ke tingkat PPK tidak lagi mampir di tingkat kelurahan. Kau difabel yang mengikuti simulasi merasakan sedikit kesulitan selama proses pemungutan suara yang digelar KPU Kota Serang. Terutama mereka yang tuna netra karena tidak mampu mengetahui secara pasti surat suara yang mereka coblos. Egi, salah seorang tuna netra, mengatakan bahwa selama proses simulasi pemungutan suara berlangsung ia hanya mendapatkan penjelasan dari petugas KPPS bahwa surat suara yang diberikan kepadanya berupa surat suara capres, DPD, DPR, DPRD Banten, dan DPRD Kota Serang. Selain itu ia tidak mengetahui di mana lokasi nama calon sehingga ia pun asal saja mencoblos surat suara tanpa tahu benar siapa yang ia coblos. "Kalau bukan braile susah," kata Egi saat Simulasi Pemungutan dan Perhitungan Suara di TPS pada Pemilihan Umum Tahun 2019 di STIA Maulana Yusuf Cinanggung kemarin. Ferdy Samsudin, difabel lain, menyatakan bahwa secara keseluruhan tenda yang didirikan guna simulasi pemungutan suara di TPS sudah cukup baik. Hanya saja karena pada malam harinya hujan maka lapangan menjadi becek. "Karena becek pergerakan roda kursi roda saja agak susah," katanya. Ia berharap kendala kecil semacam itu bisa diminimalisir ketika pelaksanaan hari pemungutan suara pada 17 April dengan mencari tempat kering untuk TPS. Terutama ukuran tenda semestinya minimal seperti tenda saat simulasi. Jangan sampai ukuran tenda ideal hanya ada saat simulasi sementara pada saat pelaksanaan sesungguhnya tidak demikian. "Terapkanlah TPS yang aksesabilitas seperti ini di semua TPS di seluruh pelosok Kota Serang dan jangan hanya saat simulasi," katanya. Menanggapi hal tersebut, Divisi Teknis KPU Kota Serang Fierly MM mengatakan bahwa memang saat simulasi tidak ada alat bantu (template) pada surat suara sehingga menyulitkan tuna netra mengidentifikasi surat suara. Namun pada saat pemilihan sesungguhnya akan ada template yang diletakkan di bawah surat suara sehingga tuna netra bisa mengetahui secara jelas surat suara tersebut. "Nanti pas hari H setiap TPS akan ada template," ujarnya. Ketua DPRD Kota Serang Namin mengatakan bahwa atas nama pimpinan dan anggota DPRD pihaknya mengapresiasi kegiatan simulasi pemungutan dan penghitungan suara. Yang diharapkan dengan kegiatan ini dapat memantapkan Pemilu 2019. Simulasi juga akan mengetahui seorang pemilih membutuhkan waktu berapa lama selama di bilik suara. "Harapan kita simulasi yang berguna sebagai alat evaluasi dan antisipasi kemungkinan yang timbul nanti juga dapat meningkatkan partisipasi pemilih," katanya. (mg-04/and)

Tags :
Kategori :

Terkait