JAKARTA-Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menunjukkan rupiah kembali bertengger di level Rp14.088 per dolar AS pada Selasa (12/2). Itu berarti rupiah melemah 0,66 persen dari posisi sebelumnya Rp13.995 per dolar AS. Ekonom Asian Development Bank (ADB) Eric Sugandi menjelaskan, pelemahan rupiah dalam dua hari terakhir digerakkan reaksi negatif pelaku pasar terhadap data current account deficit (CAD) Indonesia yang membengkak pada kuartal keempat 2018. Faktor global yang ikut menekan mata uang emerging markets adalah perang dagang AS–Tiongkok. Menurut dia, rupiah melemah untuk sementara waktu sampai akhir bulan ini. "Akan bergerak di kisaran Rp 13.900–Rp 14.200 per dolar AS," kata Eric. Pelemahan rupiah sering kali menjadi indikasi terjadinya outflows dari bursa saham. Namun, hubungannya tidak selalu searah. "Dalam waktu tertentu, rupiah bisa menguat, tapi indeks harga saham gabungan (IHSG) turun. Begitu juga sebaliknya," imbuh Eric. Permintaan terhadap rupiah tidak hanya datang dari investor asing yang ingin beli saham atau surat berharga negara (SBN), tetapi juga bisa dari permintaan perusahaan untuk impor atau bayar utang. “Dengan demikian, hubungannya tidak selalu searah. Yang jelas, jika terjadi outflows yang masif di bursa, rupiah bakal tertekan," ungkap Eric. Direktur Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menuturkan, rupiah sudah diprediksi bergerak dalam range yang tipis tidak terlalu dalam. Faktor-faktor yang memengaruhi lebih ke teknis, bukan fundamental. "Atau juga karena pembalikan persepsi dan appetite investor yang di-trigger perubahan kondisi global," jelas Piter. Dengan argumentasi tersebut, pelemahan diperkirakan tidak lama, sekitar seminggu sampai dua minggu mendatang. "Investor asing merealisasikan profit di pasar equity. Mereka keluar dulu, setelah itu kembali lagi," kata Piter. (jpc)
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Diprediksi Terjadi Hingga Akhir Februari
Kamis 14-02-2019,03:43 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :