Menelusuri Petilasan Mbah Raden Surya Kentjana, Menyatu dengan Kelenteng Boen San Bio

Jumat 08-02-2019,05:06 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Siapa sangka di dalam Kelenteng Ni Mala Boen San Bio ada tempat ziarah umat islam. Tempat tersebut dikeramatkan warga sebagai petilasan Mbah Raden Surya Kentjana. Keturunan Prabu Siliwangi yang menyebarkan ajaran Islam di Tangerang. RANDY-TANGERANG Kelenteng Ni Mala Boen San Bio berada di jalan KS Tubun RT 01/03, Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci.  Kelenteng ini selalu ramai oleh umat untuk beribadah. Tak hanya umat Tionghoa, umat  Islam juga banyak yang datang ke kelenteng ini. Tujuannya untuk berziarah ke petilasan  Mbah Raden Surya Kentjana. Uniknya, petilasan tersebut menyatu dengan bangunan kelenteng. Ruangannya persis ada di belakang setelah patung-patung dewa. Hampir tiap malam Senin dan malam Jumat, petilasan ini ramai diziarahi warga. Menurut cerita, Mbah Raden Surya Kentjana yang juga keturunan Prabu Siliwangi melintasi Sungai Cisadane dan beristirahat di sebuah pohon besar yang berada di pinggir sungai. Kedatangan Mbah Raden pada saat itu untuk menyebarkan ajaran Islam. Pada saat itu banyak warga yang menjadi muridnya untuk belajar agama Islam. Setelah berhasil menyebarkan agama islam, Mbah Raden menghilang sehingga murid serta warga merindukannya. Sebagai pengormatan dibuatlah bangunan khusus di pinggir sungai untuk Mbah Raden jika beliau datang kembali ke Tangerang. Menurut pembina dari Vihara Ni Mala (Boen San Bio) Be Beng, petilasan yang berada di belakang kelenteng karena ada kesepakatan warga dan pengurus kelenteng. Pada saat itu bangunan ambruk terkena erosi sungai Cisadane. "Sekitar tahun 61 bangunan keramat Mbah Raden ambruk terkena erosi. Karena ada kesepakakatan akhirnya dibangun di seberang jalan. Setelah dibangun akhirnya ada perombakan lagi, bangunan tersebut dipindahkan lagi di depan kelenteng agar lebih aman. Setelah ada usulan di belakang, bangunan keramat Mbah Raden diperbagus,"ujarnya. Be Beng mengatakan, setelah dibangun di belakang banyak umat islam yang datang untuk ziarah dan berdoa di petilasan tersebut. Tidak hanya umat muslim, warga Tionghoa juga berziarah dan berdoa sebagai penghormatan kepada Mbah Raden Surya Kentjana. "Biasanya setiap malam senin dan juga malam jumat umat muslim datang untuk berziarah. Untuk itu kami menyediakan tempat salat serta Alquran dan juga Yasin untuk mereka mengaji dan berdoa,"ungkapnya. Be Beng menambahkan, banyak cerita warga yang berhasil setelah mereka berdoa di petilasan tersebut. Bahkan atas kejadian tersebut banyak yang datang dan memohon permintaan yang baik serta sesuai dengan hajatnya. "Ada yang minta naik jabatan, dilancarkan hajatnya bahkan ada juga yang lulus dalam ujian setelah berziarah ke petilasan keramat Mbah Raden Surya Kentjana," tutupnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait