Hidup dalam Bayang-bayang Rob dan Atap Bocor, Kisah Pilu Nek Ramla di Pesisir Kabupaten Tangerang
MEMPRIHATINKAN: Nek Ramla (66) warga Kampung Pelelangan Timur, RT 11 RW 04, Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, menjalani hari-harinya dalam kondisi yang memprihatinkan.(Zakky Adnan/Tangerang Ekspres)--
TANGERANGEKSPRES.ID, MAUK — Di tengah kepungan rob yang datang setiap tahun, bahkan kini terasa kian meninggi, Nek Ramla (66), warga Kampung Pelelangan Timur, RT 11 RW 04, Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, menjalani hari-harinya dalam kondisi yang memprihatinkan.
Bukan hanya masalah rob, kisah hidupnya adalah cerminan perjuangan lansia di wilayah pesisir dengan keterbatasan fisik dan hunian yang tidak layak.
Puncak rob terakhir yang melanda wilayah pesisir Mauk terjadi pada Sabtu, 6 Desember lalu. Sejak pukul 10 pagi hingga 4 sore, ketinggian air di dalam rumah Nek Ramla mencapai di atas mata kaki orang dewasa.
Momen ini menjadi mimpi buruk tahunan bagi warga, terutama bagi Nek Ramla yang sudah empat tahun menyandang stroke ringan.
”Airnya tinggi sekali, bahkan di dalam rumah. Saya hanya bisa pasrah melihat barang-barang terendam,” tuturnya kepada Tangerang Ekspres, dengan nada lirih dan tak bisa menyembunyikan wajah sedih, Kamis (11/12).
Tinggal bersama putrinya, Siti Saodah (seorang janda yang bekerja), dan tiga orang cucunya, Nek Ramla sudah tidak dapat beraktivitas normal akibat stroke ringan. Suaminya, Jamali, telah meninggal dunia sejak 2011.
Kondisi Nek Ramla diperparah dengan kerusakan kursi roda yang menjadi satu-satunya alat bantu. Kursi roda itu seharusnya membantunya keluar rumah, setidaknya hanya untuk sekadar ke depan gang.
”Awalnya, bangun tidur tidak bisa gerak, bukan terjatuh,” kenangnya saat pertama kali mengalami stroke.
Ironisnya lagi, ancaman datang bukan hanya dari rob, tetapi juga dari hujan. Rumahnya yang tidak layak huni mengalami kebocoran parah.
Saat tidur, pada malam hari, Nek Ramla terpaksa menutup kepalanya dengan payung untuk menghindari tetesan air hujan. Di tengah kesendirian dan kesulitan, ia kerap teringat almarhum suaminya. ”Suka sedih kalau ingat bapak,” ucapnya pelan sambil menatap jauh.
Ketua RT setempat Tata mengakui, bahwa warga seperti Nek Ramla membutuhkan uluran tangan. Program bantuan bedah rumah yang diusulkan terkendala masalah legalitas tanah.
Sementara itu, usulan pengadaan kursi roda baru untuk Nek Ramla juga belum terealisasi. ”Kami sudah mengusulkan bantuan, tapi terkendala aturan dan legalitas. Kursi roda juga sudah kami ajukan, tapi sampai sekarang belum ada realisasinya,” ungkapnya.
Kisah Nek Ramla adalah panggilan bagi pemerintah daerah dan para dermawan. Dengan 5 anak, 11 cucu, dan 1 cicit, ia layak mendapatkan tempat tinggal yang aman dan alat bantu yang layak untuk menikmati masa senja.
Warga pesisir di Kecamatan Mauk ini berharap agar masalah rob, legalitas tanah, dan bantuan sosial, segera mendapat perhatian serius.
Sumber:

