Chelsea vs Man. City, Tuntaskan Pep
LONDON-Manchester City sudah menaklukkan tiga di antara enam besar tim Premier League pada paro pertama ini. Arsenal (12/8), Tottenham Hostpur (29/10), dan Manchester United (11/11). Semuanya dilibas oleh Pep Guardiola. Seandainya penalti Riyad Mahrez tak melenceng di atas mistar gawang kiper Liverpool Alisson Becker, Liverpool pun dilibas (7/10). Alhasil dari tim enam besar tinggal Chelsea yang belum dihadapi. Dini hari nanti (9/12) di Stamford Bridge, The Citizens akan menantang anak asuh Maurizio Sarri pada matchweek ke-16. Tuan rumah tidak dalam konfidensi tinggi menuju laga ini. Diantara tiga matchweek terakhir, Chelsea kalah dua kali. Di tangan Spurs (24/11) dan Wolverhampton Wanderers (6/12). Bahkan pelatih Chelsea Maurizio Sarri pasca takluk 1-2 oleh Wolves sudah 'mengibarkan' bendera putih jelang pertemuan lawan City ini. “Pertandingan ini sangat penting dan tentu ini pertandingan yang sangat sulit, karena kami bertemu salah satu tim paling baik di Eropa. Rasanya mustahil mengalahkan mereka namun semuanya masih bisa terjadi,” kata Sarri kepada Football London kemarin (7/12). Memang dari rekam jejak pertemuan Sarri versus Guardiola, Sarri ada di posisi inferior. Tiga kali pertemuan sebelumnya mantan bankir itu selalu kalah. Dua kali pada musim lalu di ajang Liga Champions saat masih melatih Napoli. Kemudian di awal musim ini ketika berjumpa di Community Shield. “Bagaimana caranya mengalahkan City? Tanyalah pada pelatih yang lain saja. Karena saya selalu kalah oleh Guardiola,” tutur Sarri lalu tertawa. Sarri ketika kalah lawan Wolves dikritik oleh para pundit karena minim variasi taktik. Sepanjang 18 laga di Chelsea pada musim perdananya ini, formasi 4-3-3 seolah tak bisa digantikan. Sarri hanya mengganti nama-nama pemain pada skema tersebut. Mantan pemain United Dimitar Berbatov kepada Betfair kemarin (7/12) berujar kalau sikap 'menyerah' ala Sarri ini adalah bagian dari perang psikologis antara dirinya dengan Guardiola. “Pelatih atau tim manapun tak ada yang ingin menjadi pecundang untuk selamanya. Sarri pasti akan melakukan perubahan-perubahan untuk timnya,” kata Berbatov. BBC menganalisis jika para pemain Chelsea masih beradaptasi dengan filosofi permainan Sarri. Jika dua musim di tangan Antonio Conte (2016-2018) Gary Cahill dkk mengakrabi bola-bola panjang, serangan balik, dan tiga bek maka era Sarri hal itu berubah. Yakni operan cepat, menguasai bola selama mungkin, pergerakan dinamis, dan empat bek. “Guardiola dan City membutuhkan satu musim untuk beradaptasi. Bahkan pemain-pemain City baru memahami filosofi pelatihnya di musim kedua dan mulai memanen sejumlah trofi,” tulis BBC. Lantas mengapa tekanan kepada Sarri demikian besar? Jawabnya karena tiga dari sepuluh pelatih Chelsea era Roman Abramovich memenangi trofi domestik pada tahun pertamanya. Dimulai Jose Mourinho (2004-2005), disusul Carlo Ancelotti (2009-2010), dan terakhir Antonio Conte (2016-2017). Pemain yang paling disorot akibat perubahan posisi adalah N'Golo Kante. Kante yang merupakan gelandang bertahan di dua musim Conte disulap menjadi gelandang serang oleh Sarri. “Pembicaraan tentang N'Golo (Kante) dan posisi ini muncul kalau kami kalah. Jika kami menang maka semua akan normal dan berkata oh N'Golo bisa bermain di posisi ini,” tutur Sarri. Sementara itu, optimisme juga menghinggapi bek Chelsea David Luiz. Bek 31 tahun itu menyebutkan seluruh pemain ingin bangkit dan melepas periode buruk pasca kalah dari Wolves. “Mungkin pada beberapa laga belakangan kami kurang bermain bagus. Namun kami akan semakin baik jika kami mengandalkan kekuatan kolektif,” kata mantan bek PSG itu kepada Express. (jpg)
Sumber: