TNI Bantah Terlibat Pembangunan Jembatan Yigi

TNI Bantah Terlibat Pembangunan Jembatan Yigi

JAKARTA--Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi memastikan anggotanya tidak ikut dalam pembangunan jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Hal itu untuk mengklarifikasi pernyataan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Menurutnya dalam pembangunan jalan trans-Papua yang melibatkan beberapa kontraktor tahun lalu, anggota Batalyon Zeni Konstruksi Mabes TNI Angkatan Darat dilibatkan. Pihaknya mendapatkan sektor yang paling berisiko baik medan maupun situasi keamanan. Namun untuk pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Aidi belum tahu apakah PT Istaka Karya sudah berkoordinasi atau belum untuk pengamanan. "Jadi tidak ada anggota TNI-Polri di tempat mereka kerja," ujarnya saat dihubungi wartawan, Rabu (5/12). Kalau kontraktor di sektor lainnya kata Aidi, sudah melakukan koordinasi dalam rangka pengamanan. Jadi, setiap hari sebelum para pekerja memulai pekerjaan, TNI mengecek kondisi di lokasi. "Anggota TNI melakukan pengamanan sebelum mereka kerja, sebelum mereka masuk lokasi, anggota TNI dulu yang masuk dan mengecek situasi," bebernya. Memang, kerap kali KKB menganggu pekerjaan infrastruktur tersebut. "Tapi karena ada TNI dan Polri paling tidak ada serangan balasan saat mereka ganggu," ujar Aidi. Seperti diketahui TPNPB mengakui telah melakukan penyerangan di Kali Aworak, Kali Yigi, dan Pos TNI di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua. Namun mereka mengklaim pihaknya menyerang aparat Zeni Tempur (Zipur) TNI Angkatan Darat dan bukan warga sipil. Panglima Daerah TPNPB Makodap III Ndugama Egianus Kogeya melalui akun Facebook resmi TPNPB mengatakan, sejak 2 Desember 2018, pihaknya melakukan operasi di tiga wilayah tersebut di bawah pimpian Komandan Operasi Pemne Kogeya. "Ya benar, operasi di Kali Aworak, Kali Yigi, Pos TNI Distrik Mbua, kami yang lakukan dan kami siap bertanggung jawab penyerangan ini," ungkap Egianus, seperti tertulis di akun Facebook TPNPB. Belum Tembus Yigi Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menyebut 154 personel gabungan TNI dan Polri dikerahkan untuk mengamankan lokasi penembakan pekerja proyek jembatan di jalur Trans Papua. Hal ini dilakukan agar masyarakat setempat merasa aman. "Mengirim 154 personel TNI-Polri untuk mengembalikan keamanan situasi itu. Kita tidak ingin masyarakat di sana mengalami suasana tidak menentu, merasa tidak aman dan nyaman," kata Moeldoko di Kantor Kepala Staf Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/12). Moeldoko meminta, setiap proyek yang ada di Papua dapat dijaga oleh aparat keamanan. Hal ini dilakukan agar pengerjaan proyek dapat tetap berjalan dengan aman. Mantan Panglima TNI ini pun memastikan proyek pengerjaan jalur Trans Papua tetap berlangsung. Hal ini guna pembangunan ekonomi di wilayah Papua berangsur membaik. Sementara itu, hingga Rabu (5/12) sore, pasukan gabungan TNI-Polri belum berhasil menembus di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, dimana KKB menyerang pekerja jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak. Ini karena medan dan kondisi cuaca menuju Distrik Yigi, yang terbilang tak bersahabat. "Mohon maaf sampai saat ini anggota kami yang berangkat ke TKP dari Wamena belum bisa menjangkau lokasi, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan dan hari sudah gelap," ujar Kapolda Papua Irjen Pol Martuani Sormin melalui pesan singkat, Rabu (5/12). Menurutnya, tim bergerak menuju ke lokasi penyerangan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua sejak Rabu (5/12) pagi tadi. Untuk menjangkau lokasi, para personel harus berjalan kaki, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebelumnya, dikabarkan 31 orang mayoritas dari PT Istaka Karya dibunuh KKB. Adapun puluhan pekerja tersebut tengah membangun jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. "31 orang meninggal dunia," ujar Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Papua, AKBP Suryadi Diaz seperti dikutip JawaPos.com, Senin (3/12). Kejadian ini dilaporkan masyarakat pada Senin (3/12) lalu sekitar pukul 15.30 WIT. Namun pembunuhan terhadap para pekerja proyek PT Istaka Karya tersebut diduga terjadi pada Minggu (2/12).(dna/JPC)

Sumber: