Punya Semangat Belajar, Perlu Diberikan Kesempatan

Punya Semangat Belajar, Perlu Diberikan Kesempatan

Tanggal  21 Maret diperingati sebagai hari down syndrome sedunia. Momen ini untuk mengingatkan masyarakat dan pemerintah peduli kepada anak-anak penyandang keterbelakangan perkembangan fisik dan mental. Namun, hanya sedikit masyarakat  yang peduli nasib mereka.

Inilah yang masih menjadi 'PR' bersama untuk memikirkan masa depan mereka.  Paling utama memberi banyak kesempatan bagi para penyandang untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Karena meski dalam kondisi tidak seperti anak normal lainnya, anak-anak penyandang down syndrome bisa dilatih untuk mandiri dan memiliki keterampilan sebagai bekal hidup.

Seperti di Sekolah Kebutuhan Khusus (SBK) Salsabilah di Perumahan Orchid Park Residence, Blok N No 1, Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk. Di sekolah ini, anak-anak down syndrome mendapat perlakuan khusus terutama dalam mendapatkan pendidikan.  Tiap hari mereka diajarkan mengenal huruf dan angka agar bisa berhitung dan membaca. Meski mengalami banyak kesulitan, namun mereka punya semangat untuk belajar.

Namun yang masih menjadi keresahan pendidik di SKB ini, setelah lulus mereka tak tahu mau dikemanakan anak-anak tersebut. Pasalnya hingga kini, belum ada kebijakan pemerintah yang membantu arah masa depan mereka kelak.

“Entah harus meminta pada siapa, berikan mereka kesempatan untuk memiliki masa depan yang baik. Mereka juga bagian dari masyarakat Kota Tangerang, jadi menurut saya masa depan mereka tanggungjawab pemerintah juga. Sama seperti anak-anak di sekolah normal,” tutur Ai Rohaeti, pemilik SBK Salsabilah.

Ia menuturkan harapannya di hari down syndrome sedunia ini, pemerintah kota bisa membuat sebuah kebijakan ke sejumlah perusahaan di Kota Tangerang untuk bisa menerima anak-anak down syndrome bekerja.

Mungkin di bagian pengepakan, kebersihan atau apa pun. Dengan begitu, pihak sekolah berkebutuhan khusus dapat membentuk, mengarahkan dan membina anak-anak down syndrome selama di sekolah sesuai bidang yang sudah ditentukan pemerintah.

“Bisa seperti itu, bisa sekali. Karena mereka punya kemampuan. Jadi kami bisa membentuk mereka. Misalkan, bagian pengepakan kita akan mendidik mereka menjadi seorang pengepak yang handal. Terpenting, ada kesempatan mereka untuk bekerja dan menata masa depan. Kalau akademik tentu tidak mungkin, karena IQ mereka hanya 50 kebawah,” tutur Ai Rohaeti.

Ia mengaku, SBK Salsabilah hingga kini dengan segala keterbatasan baru mampu memberikan fasilitas steam motor. Bermodalkan selang dan kendaraan guru, anak-anak dilatih untuk mencuci motor lalu diberikan gaji atau imbalan. Hal itu dilakukan guru untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak, bahwa bekerja merupakan suatu kegiatan yang nantinya mendapatkan imbalan.

Penyandang down syndrome juga, ungkap dia, bagian dari masyarakat yang harus diperlakukan adil dan tidak dipandang sebelah mata. Mereka juga bisa dikembangkan bakatnya seperti anak-anak lain juga.

“Tidak perlu memandang remeh mereka, orang-orang yang berkebutuhan khusus, banyak nama-nama mereka yang lebih dikenal di dunia dibandingkan kita yang normal. Orang-orang yang terlahir sempurna namun kurang berkaya dengan apa yang kita bisa,” tegasnya.

Hingga kini, sejumlah perusahaan di Kota Tangerang memang sudah membuka peluang pekerjaan bagi sebgaian orang-orang kebutuhan khusus yang bekerjasama dengan Disnaker Kota Tangerang. Namun, masa depan anak-anak pengidap down syndrome hingga kini masih belum jelas arahnya.

Diktahui, down syndrome merupakan suatu keadaan dimana seseorang berada pada kondisi abnormanilitas kromosom yang menyebabkan retardasi mental. Memiliki ciri-ciri fisik yang sangat menonjol seperti wajah bulat, hidung datar, adanya lipatan kecil dimata seperti sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek. (bun)

Sumber: