Amran Akui Kenaikan Harga Jagung

Amran Akui Kenaikan Harga Jagung

Jakarta-- Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengakui ada kenaikan harga untuk komoditas jagung. Namun, ia mengklaim persoalan itu sudah diatasi, mulai dari petani sampai peternak. "Jagung kemarin ada kenaikan. Tapi, kami turun langsung dari petani ke peternak," ujarnya singkat ditemui di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (29/10). Sebelumnya, kalangan peternak dan produsen pakan ternak berteriak soal mahalnya harga jagung. Berdasarkan catatan Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), harga jagung di Jawa Timur berkisar Rp5.100 per kilogram (kg). Sementara, harga jagung di Jawa Tengah dan Jawa Barat berkisar Rp5 ribu per kg. Tak cuma mahal, bahkan komoditas jagung juga disebut langka. Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Parjuni menduga kenaikan harga ialah bukti langkanya pasokan. "Anehnya, pemerintah mengatakan surplus. Kalau kita ngomong surplus, otomatis harga turun. Ini lucu, surplus tapi harganya tinggi. Jadi, data di lapangan dengan di pemerintah kok beda," tegas dia. Ketua Gabungan Pengusaha makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengusulkan agar pemerintah melakukan impor jagung demi menanggulangi kelangkaan jagung di pasar. Apalagi, ia mengungkap kemungkinan panen raya mundur hingga tiga minggu akibat keterlambatan musim penghujan. Ia khawatir musim panen raya yang mundur semakin menyulitkan peternak dan produsen pakan ternak dalam memperoleh jagung. "Daerah penghasil jagung baru tidak bisa akses langsung ke pabrik pakan. Sebaliknya, pabrik pakan juga tidak bisa akses langsung ke petani di daerah tanam baru, sehingga membuat kelangkaan di daerah tertentu," tutur Budi. Ia merinci kebutuhan jagung 87 produsen pakan ternak yang tergabung dalam GPMT diperkirakan rata-rata berkisar 500 ribu-600 ribu ton per bulan. Saat ini, serapannya hanya 200 ribu-300 ribu ton jagung, akibat kurangnya pasokan dan mahalnya harga. "Stok jagung di pabrik pakan ternak yang dulunya bisa dua bulan, sekarang hanya 25 hari, bahkan belasan hari," jelasnya. Sebetulnya, produsen pakan bisa mensubtitusi jagung dengan gandum khusus dalam komposisi pakan ternak. Namun, pemerintah juga dinilai terlambat memberikan izin impor gandum sebesar 200 ribu ton. "Izin diberikan Oktober. Kami cari kargo atau shipping line baru ada November-Desember dan butuh 45 hari pengiriman. Jadi kedatangan baru Februari. Jadi, tidak menyelesaikan masalah, padahal kebutuhan yang dikhawatirkan untuk Januari," terang Budi. Imbasnya, produsen pakan ternak terpaksa menyesuaikan harga jual menjadi lebih tinggi Rp600 - Rp800 per kg. Pun demikian, kenaikan harga jual pakan ternak belum menutup kenaikan harga jagung yang mencapai Rp2 ribu per kg. "Produsen pakan tidak bisa serta merta menaikkan harga jual pakan, karena harga ayam dan telur tidak stabil. Sedangkan, pemerintah mengimbau untuk tidak menaikkan harga pakan," tandasnya.(ulf/cnn)

Sumber: