Aksi Bela Kalimat Tauhid Bisa Berulang Pekan Depan
JAKARTA – Massa Aksi Bela Kalimat Tauhid berdemonstrasi di depan kantor Kementeriaan Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) Jumat siang (26/10). Tuntutan mereka di antaranya penegak hukum mengusut tuntas insiden pembakaran bendera dan ikat kepala bertuliskan kalimat tauhid pada upacara peringatan Hari Santri Nasional, Untuk mendengar langsung aspirasi massa aksi tersebut, Sekretaris Menko Polhukam Letjen TNI Agus Surya Bakti menerima tujuh perwakilan mereka. ”Satu-satu mereka sampaikan aspirasinya,” kata Agus. Semua aspirasi itu, dipastikan sudah dia catat. Namun, dia enggan menyampaikan apa saja aspirasi yang jadi permintaan massa. Sebab, Agus menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan subtansial. Kesepakatan antara dirinya dengan perwakilan massa aksi tersebut hanya mendengar, mencatat, dan menyampaikan seluruh aspirasi itu kepada Menko Polhukam Wiranto. ”Secepatnya langsung saya sampaikan dan laporkan,” kata dia tegas. Kemarin siang Wiranto memang tidak berada di kantornya. Dia bertolak ke Sulawesi Tengah (Sulteng) untuk mengurus penanggulangan bencana gempa dan tsunami di sana. Karena itu, Agus yang mewakili. Dia mengakui bahwa ada keinginan perwakilan massa aksi bertemu langsung dengan Wiranto. ”Mereka kenal baik dengan Pak Wiranto,” imbuhnya. Keterangan serupa disampaikan oleh Muchsin Alatas. Usai berjumpa dengan Agus, Muchsin lantas menyampaikan hasil pertemuan kepada massa yang dia wakili. Dari atas mobil komando, dia menekankan supaya aspirasi mereka tidak sekedar dicatat. ”Kalau sudah disampaikan, kita lihat apa reaksinya,” imbuhnya. Muchsin pun turut menyampaikan, aksi lanjutan bisa saja dilakukan kembali pekan depan. Tujuannya adalah menagih tuntutan yang sudah mereka sampaikan kemarin. ”Jadi, hari ini (kemarin) tenang. Jumat tanggal 2 (Oktober) kita kumpul di (Masjid) Istiqlal, jalan ke sini (kantor Kemenko Polhukam), dan langsung ke Istana,” beber dia. Terpisah, kemarin Kabareskrim Polri Komjen Arief Sulistyanto menjelaskan secara langsung proses hukum atas insiden pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid tersebut. ”Kami berupaya melihat peristiwa (pembakaran bendera itu) secara utuh,” ungkap dia. Hasilnya, aparat kepolisian mendapati pembakaran tersebut terjadi secara spontan. Semula ketiga oknum Banser yang membakar bendera itu hanya ingin memastikan helatan upacara peringatan Hari Santri Nasional di Lapangan Kecamatan Limbangan, Garut, Jawa Barat berlangsung aman. Mereka mengambil bendera yang di bawa salah seorang peserta upacara bernama Uus Sukmana. Setelah ditanyai, sambung Arief, Uus mengakui bahwa bendera yang dia bawa adalah bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi masyarakat (ormas) yang sudah dibubarkan oleh pemerintah. ”Maka secara spontan tiga orang banser ini membakar bendera itu dengan mencari-cari alat bakar berupa korek,” jelas dia. Itu tampak jelas dalam rekaman video yang beredar luas di masyarakat. Arief menyampaikan, spontanitas ketiga oknum banser bisa dilihat lewat video tersebut. Sebelum membakar bendera itu, mereka sempat mencari-cari sumber api. ”Di sini menunjukan spontanitas tadi. Sehingga dibakarlah bendera itu,” bebernya. Karena itu, sambung Arief, tiga oknum Banser yang membakar bendera tersebut tidak bisa disangkakan telah melakukan tindak pidana. ”Karena salah satu unsur niat jahat tidak terpenuhi,” ujarnya. Sementara itu, sambung dia, Uus patut diduga telah melanggar pasal 174 KUHP. Sebab, telah membuat kegaduhan dengan membawa dan mengibarkan bendera HTI. Sampai kemarin, Uus masih diperiksa oleh aparat kepolisian di Polda Jawa Barat. Status hukumnya bakal ditentukan setelah pemeriksaan terhadap dirinya selesai. Sesuai ketentuan, ancaman hukuman atas dugaan pelanggaran oleh Uus adalah penjara paling lama tiga minggu atau denda paling banyak Rp 900. Semalam, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengundang pimpinan organisasi masyarakat Islam ke rumah dinasnya di Jalan Diponegoro. Di antara yang terlihat hadir Ketua Umum MUI KH Mar'ruf Amin yang juga Cawapres, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Sekjen MUI Anwar Abbbas, dan Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid. Tidak hanya itu, Ketua Syarikat Islam Hamdan Zoelva, Sekjen PBNU Helmi Faisal Zaini, Cendekiawan muslim Azyumardi Azra, Rais Syuriah PBNU Masdar F Masudi, dan Masduki Baidlowi juga hadir. Turut mendampingi JK, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Mensesneg Pratikno, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Pertemuan yang dimulai sekitar pukul 19.00 itu belum selesai sampai pukul 21.32 WIB kemarin. Berdasar foto dan video yang beredar, pertemuan tersebut tampak begitu serius. JK terlihat menjelaskan sesuatu di dalam rumah dinasnya. Di duga kuta, berkumpulnya sejumlah pejabat dan tokoh itu berkaitan dengan insiden pembakaran bendera di Garut. (jun/syn)
Sumber: