Ciputra Antisipasi Tren Bisnis Anak Muda
Reporter:
Redaksi Tangeks|
Editor:
Redaksi Tangeks|
Jumat 05-05-2017,07:15 WIB
Konsep SOHO (small office home office) yang mulanya dipopulerkan pendiri Facebook Mark Zuckerberg terus menjamur. Konsep itu pun lalu terkenal di kalangan bisnis rintisan atau start-up dengan gaya hidup baru, yaitu bekerja serasa di rumah.
Direktur PT Ciputra Development Tbk Sutoto Yakobus menyatakan, anak muda lebih suka memulai bisnis sendiri. Juga, mengekspresikan diri sehingga minat menjadi karyawan sudah tak setinggi dulu.
”Karena itu, kami mengantisipasi tren bisnis anak muda ke depan seperti menjadi desainer, MUA (make-up artist), hingga pemilik klinik kecantikan. Jasa merupakan tren bisnis ke depan,” ujarnya kemarin (2/5). Ciputra pun memiliki dua proyek SOHO di lokasi Superblok Ciputra World, yakni Sky Loft dan Vieloft Next Level SOHO, untuk membidik tren bisnis tersebut.
Sky Loft merupakan perintis tren SOHO di Surabaya dan mulai dipasarkan pada 2012. Sebanyak 144 unit yang ditawarkan sudah terjual habis. ”Kami awalnya tidak pede (percaya diri, Red) saat memasarkan Sky Loft. Sebab, belum ada kompetitor yang membuat konsep itu. Nyatanya dalam kurun waktu 1,5 tahun habis terjual,” imbuh Operational General Manager SOHO, Apartments, & Office Tower Ciputra Tutut Gunaedi. Mayoritas pembeli Sky Loft berasal dari pemilik klinik kecantikan, desainer grafis, desainer interior, konsultan keuangan, maupun pemilik klinik kesehatan.
Setelah Sky Loft, di lokasi yang sama, Ciputra sedang membangun Vieloft Next Level SOHO. Jumlah unit yang dikembangkan mencapai 300 unit. Dari angka tersebut, pihaknya telah memasarkan 113 unit.
”Sudah terjual 46 persennya. Pembangunan akan selesai pada 2020,” tuturnya. Selisih satu tahun setelah extension mall Ciputra World selesai pada awal 2019. Letaknya berada di atas extension mall Ciputra World yang menjulang ke atas berjumlah 24 lantai.
Dua lantai menjadi bagian dari lantai teratas mal. Satu lantai berada di rooftop.Sisanya akan menjadi bangunan tersendiri. Ketiga lantai paling bawah sengaja ditujukan untuk bisnis klinik kesehatan, kecantikan, pusat kebugaran, meeting room dan bisnis kuliner. ”Agar lebih mudah dijangkau costumer di mal,” terang Tutut.
Bisnis SOHO sendiri di Surabaya dinilai masih menjanjikan. Harga SOHO pun melonjak cukup signifikan, mencapai 100 persen, dalam kurun waktu 4,5 tahun.
Saat kali pertama dipasarkan, harga Sky Loft hanya mencapai Rp 12,8 juta per meter persegi. Selanjutnya, pada awal 2016, harganya melonjak menjadi Rp 25 juta per meter persegi. Meski begitu, Tutut menilai pasar SOHO lebih bisa berkembang di kawasan superblok jika dibandingkan dengan SOHO stand alone. Sebab, bagi profesional dan pebisnis muda, kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan, minum, refreshing, hingga bertemu klien bisa terpenuhi jika letak SOHO terintregrasi dengan mal. (vir/c24/sof)
Sumber: