Banjir Bandang Medina, 17 Meninggal
JAKARTA- Evakuasi tim SAR gabungan bersama relawan dan masyatakat telah menemukan 17 korban meninggal akibat banjir bandang di Kabupaten Mandailing Natal (Medina) , Sumatera Utara. Alat berat dikerahkan untuk membantu evakuasi korban dan membersihkan material longsor. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah korban meninggal dunia tercatat 17 orang. Itu terbagi atas 12 anak sekolah di Kecamatan Ulu Pungkut, 3 orang pekerja gorong-gorong jalan di Kecamatan Muara Batang Gadis, dan 2 orang mengalami kecelakaan mobil di Sungai Aek Batang Gadis saat banjir. "Sedangkan dua korban meninggal yang ditemukan di dalam mobil, yang terjebur ke Sungai Aek Batang Gadis adalah seorang pegawai PT Bank Sumut. Dan seorang anggota Polri yang sedang mengawal pegawai PT Bank Sumut," ujar Sutopo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (14/10). Banjir bandang juga menyebabkan 12 rumah hanyut dan rusak total, 9 rumah rusak berat dan 3 bangunan fasilitas umum rusak berat di Desa Muara Saladi. Masyarakat mengungsi di rumah kerabatnya. "Korban telah diserahkan kepada pihak keluarga. Sedangkan korban 3 orang pekerja gorong-gorong jalan di Kecamatan Muara Batang Gadis juga sudah diserahkan pada keluarganya,"ungkap Sutopo. Penanganan darurat masih dilakukan. Bupati telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor di Kab Mandailing Natal Sumatera Utara selama 7 mulai Jumat 12 hingga 18 Oktober 2018. BPBD Mandailing Natal bersama BPBD Provinsi Sumatera Utara, TNI, Polri, SAR Daerah, SKPD, PMI, dan relawan menangani darurat bencana. Bantuan terus disalurkan kepada korban dan masyarakat terdampak. Sementara itu, Camat Kecamatan Ulu Pungkut, Muhammad Johan Lubis di Mandailing Natal, Sabtu, menyampaikan rasa prihatin karena banjir tersebut telah menghanyutkan 12 orang pelajar Madrasah Diniyah desa itu. Ia menyebutkan, dari pengakuan saksi mata banjir bandang itu berlangsung cepat sehingga para siswa yang belajar di Madrasah yang kebetulan berada di pinggiran Sungai Siladi itu banyak yang tidak bisa menyelamatkan diri. “Pada saat itu para siswa sebanyak 29 orang sedang mengikuti proses belajar mengajar, kemudian banjir datang dengan cepat dan menghanyutkan 12 siswa,” ujarnya. Setelah melakukan pencarian berjam-jam petugas dan warga berhasil menemukan para korban tertimbun lumpur dan material kayu serta bebatuan yang terbawa arus banjir tersebut. Dalam kejadian itu selain belasan rumah penduduk yang rusak serta terbawa arus banjir, sejumlah fasilitas umum seperti Polindes, Madrasah, Masjid, gedung SD dan gedung PKK juga mengalami rusak berat. Ia mengatakan dalam peristiwa tersebut sebanyak 75 kepala keluarga juga terpaksa diungsikan ke kantor Lurah Ulu Pungkut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sementara para korban yang ditemukan petugas tersebut sudah dilakukan penguburan di tempat pemakaman umum yang ada di desa itu.(fin/jp)
Sumber: