Review Tour Aceh, Non Teknis Lebih Berperan
TARGET mencuri tiga poin dari lawatan Persita ke Tanah Rencong (Aceh) dipastikan gagal total diwujudkan oleh skuat Pendekar Cisadane. Dua laga dalam kurun waktu kurang dari seminggu berakhir dengan kekecewaan karena kedua pertandingan berakhir dengan kekalahan. Pada laga kontra Aceh United, 14 September 2018 di Stadion Cot Gapu permainan apik Egi Melgiansyah dkk di babak pertama tak berdaya dihantam kepemimpinan wasit Nasri dari Riau dan intimidasi oknum panitia pertandingan pada babak kedua. Pemain diancam tak bisa pulang dengan selamat ke Tangerang oleh oknum panitia pertandingan Aceh United jika terlalu banyak protes. Pemain Persita protes lantaran wasit mensahkan gol yang diciptakan Fery Komul pada menit 57 meski sebelumnya pemain Aceh United dianggap melakukan pelanggaran dengan menghalangi kiper Yogi Triana. "Pemain tak melakukan antisipasi karena jelas-jelas menganggap telah terjadi pelanggaran kepada kiper," ucap Wiganda Saputra Pelatih Persita. Saat protes ada oknum panitia yang menghampiri kerumunan pemain Persita dan mengintimidasi dengan melakukan ancaman 'Tak bisa pulang dengan selamat ke Tangerang jika banyak protes'. Ini membuat mental pemain drop dan kembali kebobolan di menit 75 lewat aksi Assanur Rijal. "Padahal pemain dalam kondisi semangat untuk bisa membawa pulang poin penuh sejak akan berangkat ke Aceh, karena Aceh United dalam tren menurun dan materi pemainnya biasa-biasa saja," kata Gandul, sapaan Wiganda Saputra. Semangat Sirvi Arvani dkk yang kembali tinggi saat bertamu ke Stadion Dimurthala, Banda Aceh kandang Persiraja, 19 September juga kembali luluh di menit-80 saat wasit Rorim Situmerang asal Sumatera Utara memberi penalti buat tim tuan rumah. Padahal pertandingan saat itu skornya adalah 1-1, setelah sebelumnya Persita unggul lewat gol Aditia Gigis di menit 45 dan disamakan lewat gol Luis Irsandi di menit 56. "Benar apa kata pak Nyoman (Suryanthara Manajer Persita, red) tim sekelas Real Madrid tidak akan bisa menang di Aceh kalau wasitnya seperti ini. Ini saya komentari saat konfrensi pers, wartawan disana semua tersenyum karena sudah tahu," ucap Gandul. Ucapan jebolan timnas Indonesia Primavera itu diamini oleh salah satu wasit yang pernah memimpin di Aceh. Menurutnya, para wasit tahu keselamatan mereka terancam jika membiarkan tim Aceh kalah atau bahkan seri sekalipun. "Masyarakat disana tidak bisa menerima kekalahan, teror kalau di Stadion H. Dimurthala itu parah. Bukan saja botol air mineral, tapi pecahan keramik kerap melayang saat pertandingan," jabar wasit yang tak mau disebut identitasnya. "Non teknis disana lebih mendominasi hasil pertandingan, PSSI pun sepertinya acuh tak acuh dengan kondisi ini," timpalnya. (apw)
Sumber: