Terduga Teroris Membengkak Jadi 350 Orang
JAKARTA— Polri terus bersemangat dalam mencegah aksi teror. Saat ini dipastikan jumlah terduga teroris yang telah ditangkap mencapai angka yang cukup fantastis, yakni 350 orang. Jumlah itu diprediksi akan terus bertambah. Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menjelaskan, bahwa 350 orang itu tersebar di sejumlah tahanan di Polda dan Polres. Terduga teroris itu diduga merupakan anggota dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK). ”Tapi, masih ada yang dikejar,” ujarnya. Ada sejumlah orang yang sedang dikejar, diantaranya yang terlibat aksi yang dilakukan Rajendra Sulistyanto dan Abdullah pelaku bom di Pasuruan. ”Ada yang mengetahui aksi tapi tidak melapor dan da pelaku aksi,” paparnya. Menurutnya, jumlah terduga teroris yang begitu banyak itu bisa dipertanggungjawabkan oleh Polri. Pastinya, nanti akan dijelaskan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). ”Siapa mereka dan bagaimana hubungannya,” ungkapnya. Upaya penegakan hukum terhadap teroris ini diupayakan tidak membuat resah. Polri menanganinya secara proporsional dan terukur ”Ya, jangan banyak-banyak dieksposelah,” terang jenderal berbintang dua tersebut. Sementara Pengamat Terorisme Al Chaidar mengatakan bahwa pekerjaan rumah dari Polri adalah mencegah bibit terorisme makin merajalela di para tahanan terorisme. Maka, cara yang perlu dilakukan adalah menghentikan kekerasan yang mungkin terjadi pada terduga teroris. ”Kekerasan hanya akan menumbuhkembangkan kebencian,” ujarnya. Yang juga penting adalah menerapkan kontra ideologi terhadap mereka. Yakni, setiap ajaran kelompok teroris itu harus dibantah dengan ajaran yang sebenarnya. ”Konsep jihad misalnya, harus diluruskan bukan dengan mengebom dan timbul korban tidak bersalah,” paparnya. Kontra ideologi ini yang perlu diperkuat oleh Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT). Hal tersebut penting untuk menyadarkan setiap orang dan kelompok yang memiliki pemahaman terorisme. ”Namun, sekali lagi perlu diingatkan bahwa kontra ideologi tidak berguna bila kekerasan masih digunakan untuk memperlakukan tahanan terorisme,” urainya. Sebelumnya, terdapat sejumlah aksi teror yang terjadi, diantaranya perampasan senjata di Cirebon dan penembakan dua angggota Polisi di kota yang sama oleh kelompok Rajendera. Belakangan Rajendera dan tiga rekannya dilumpuhkan. Rajendera tewas bersama seorang temannya. (idr)
Sumber: