BI Sudah Intervensi Rp 7,1 T

BI Sudah Intervensi Rp 7,1 T

Jakarta -Untuk menjaga nilai tukar rupih, Otoritas moneter nasional sudah melalukan intervensi agar nilai rupiah tidak merosot lebih dalam lagi. Sejak fluktuasi nilai tukar rupiah hingga saat ini, Bank Indonesia (BI) sudah melakukan intervensi sebesar Rp 7,1 Triliun. Hal itu diungkapkan Gubernur BI Perry Warjiyo, saat melakukan rapat kerja dengan Banggar DPR mengenai RUU APBN tahun 2019 di ruang rapat Banggar, Jakarta, Selasa (4/9). Perry mengatakan intervensi yang dilakukan BI pada pasar valas maupun SBN. Dana intervensi tersebut mencapai Rp 7,1 triliun. "Intervensi ganda di pasar valas dan sekunder. Saat pengembalian modal asing yang besar Kamis dan Jum'at SBN, Rp 4,1 triliun dari asing dan membeli SBN sekunder sekitar Rp 3 triliun," kata Perry. Selain itu, Bank Indonesia juga mengamankan nilai tukar rupiah dengan menaikkan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate sebanyak 125 basis poin (bps) menjadi 5,5%. "Imbal hasil keuangan dan obligasi pemerintah menarik," ungkap dia. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak lesu sejak Selasa (4/9). Meski bergerak cenderung positif, namun IHSG melaju di rentang yang sangat tipis dan langsung melorot ke zona merah. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini masih tinggi di angka Rp 14.930 setelah kemarin sempat menjinak ke Rp 14.834. Pada perdagangan preopening, IHSG naik ke level 5.974,763. Setali tiga uang, Indeks LQ45 naik ke level 943,278. Membuka perdagangan, Selasa (4/9), IHSG naik 7,568 poin (0,13%) ke level 5.975,147. Indeks LQ45 naik 1,473 poin (0,16%) ke level 942,967. Pada pukul 09.05 waktu JATS, penguatan IHSG menipis rentangnya menjadi hanya ke 5,996 poin (0,07%) ke level 5.970,188. Sementara Indeks LQ45 juga turun 1,218 poin (0,12%) ke level 944,878. Makin siang, IHSG makin melorot ke zona merah. IHSG turun 42,960 poin (0,71%) ke 5.924,614. Indeks LQ45 turun 7,459 poin (0,80%) ke 933,999. IHSG Tak sedikitpun berbalik positif dan makin terpuruk hingga tutup perdagangan sore ini. IHSG turun 62,278 poin (1,04%) ke 5.905,301. Indeks LQ45 turun 9,840 poin (1,05%) ke 931,654. Kejatuhan IHSG dipicu negatifnya laju 9 saham sektoral. Saham sektor industri dasar jatuh paling dalam mencapai 2,45%. Hanya 86 saham yang berhasil menguat. Sementara, ada 300 saham yang melemah dan 90 saham yang stagnan. Perdagangan saham juga terpantau lesu dengan frekuensi tercatat 284.336 kali transaksi sebanyak 8,7 miliar lembar saham senilai Rp 5,6 triliun. Investor asing mencatat jual bersih Rp 428,47 miliar dan menambah sentimen negatif bagi IHSG. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pergerakan rupiah saat ini masih lebih baik dibandingkan nilai tukar mata uang negara berkembang lain, seperti India yang melebihi 10 persen, Brasil hingga level 20 persen, bahkan Turki, dan Argentina mencapai lebih dari 40 persen. Namun, ia mengakui kurs rupiah memang terlihat lebih lesu dibandingkan mata uang negara-negara di Asia Tenggara. "Sentimennya negatif karena faktor eksternal, ekonomi global dan nilai tukar nilai tukar mata uang itu pengaruh ke nilai tukar emerging market (negara berkembang), termasuk Indonesia," tutur Josua seperti dikutip CNNIndonesia.com, Selasa (4/9). Menurut dia, sebagian besar pasar keuangan negara berkembang di Asia Tenggara terkoreksi. Indonesia mengalami koreksi yang lebih dalam karena defisit transaksi berjalan yang melebar akibat aktivitas ekonomi yang tinggi. "Defisit transaksi berjalan bukan karena keinginan, tapi memang aktivitas ekonomi meningkat. Struktur industri di Indonesia saat ini membuat impor tinggi," jelasnya.(dtc/cnn)

Sumber: