Musim Kemarau Meluas, Waspada Karhutla
JAKARTA – BMKG mengeluarkan peringatan waspada potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Peringatan tersebut siring dengan semakin luasnya wilayah kemarau di Indonesia. Khusus untuk Kalimantan Barat (Kalbar) terekam sebanyak 798 titik panas. Sejatinya titik panas tidak hanya terjadi di Kalbar. Tetapi juga muncul di Kalimantan Tengah (226 titik), Jambi (19 titik), dan Sumatera Selatan (13 titik). Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan pada pertengahan Agustus ini, hampir seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. ’’Yakni sebanyak 95,03 persen. Sisanya sebanyak 4,97 persen masih musim hujan,’’ katanya, kemarin (23/8). Herizal mengatakan kondisi kering selama musim kemarau ini diikuti oleh kumunculan hotspot dan memicu kejadian karhutla. Dia mengatakan di Kalbar, jumlah titik panas mengalami peningkatkan 17,6 persen dibandigkan pekan lalu. Lebih lanjut dia mengatakan hasil pemantauan alat kualitas udara di Stasiun Klimatologi Mempawah menunjukkan konsentrasi Particulate Matter (PM10) tertinggi sebesar 356,93 ?g/m3. Sementara itu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ikut turun tangan untuk modifikasi cuaca. ’’BPPT ikut andil mengirimkan personel modifikasi cuaca. Untuk membuat hujan buatan,’’ kata Kepala BPPT Unggul Priyanto usai perayaan 5 Windi BPPT, kemarin (23/8). Unggul menjelaskan, tim dari Unit Pelayanan Teknis (UPT) Hujan Buatan saat ini sudah berada di Kalimantan Barat. Tim pembuat hujan buatan tersebut dikomando oleh Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto. Saat dikonfirmasi, Seto mengatakan, tim hujan buatan sejatinya sudah mulai bekerja di Kalbar pada 19 Agustus lalu. Upaya pembuatan hujan buatan ini dilakukan menggunakan pesawat Casa 212-200 milik TNI AU. Diperkirakan ada 5 ton bahan semai Natrium Clorida (CaCl) ditaburkan ke dalam awan-awan yang potensial menjadi hujan. Seto juga mengatakan upaya pembuatan hujan buatan tergantung dengan kondisi di lapangan. Dia menuturkan setiap harinya disebar CaCl dengan berat yang beragam. Mulai dari 200 kg, 500 kg, sampai 800 kg. Seto mengatakan sejak 19 Agustus lalu sudah dilakukan lima kali penerbangan untuk menyemai hujan. Dengan total jam terbang mencapai 5 jam 35 menit. Total pemakaian bahan semai mencapai 3.100 kg dan stok bahan semai di Pontianak masih 3.100 kg. Sementara itu, Presiden Joko Widodo angkat bicara terkait putusan Pengadilan Negeri (PN) Palangkaraya dan Pengadilan Tinggi (PT) Kalimantan Tengah yang menyebut pemerintah melakukan pelanggaran hukum terhadap kasus kebakaran hutan dan lahan. Jokowi menilai, keputusan pengadilan harus dihormati apapun hasilnya. “Kita harus menghormati sebuah keputusan yang ada di wilayah hukum, yang ada di pengadilan,” ujarnya di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta, kemarin (23/8). Namun dia juga meminta pihak mana pun untuk menghormati upaya hukum lanjutan yang diajukan pemerintah. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga menjelaskan jika pemerintah tidak kurang upaya dalam menyelesaikan persoalan Karhutla. Mulai dari memperkuat sistem penegakan hukum, menambah pengawasan di lapangan, pembentukan badan restorasi gambut, hingga membuat Perpres mengenai kebakaran hutan dan lahan. (wan/far/tau)
Sumber: