BPS: Inflasi Juli 0,28%

BPS: Inflasi Juli 0,28%

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juli 2018 sebesar 0,28%. Inflasi 0,28% pada Juni membuat inflasi di tahun kalender dari Januari-Juni 2018 sebesar 2,18% dan year on year (yoy) 3,18%. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan besaran inflasi tersebut masih terbilang bagus dan tidak mencerminkan daya beli yang rendah. "Dengan capaian ini bisa disimpulkan inflasi Juli terkendali masih dalam range yang ditetapkan asumsi makro 3,5%, kalau BI 3,5% plus minus 1," kata Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/8). Inflasi tersebut kata Suhariyanto jauh lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya, disebabkan mulai menurunnya puncak konsumsi masyarakat setelah melewati masa puasa dan lebaran. "Tadi saya sebutkan inflasi Juli 2018 adalah 0,28% lebih rendah dibanding inflasi Juni 2018 ini hal yang biasa karena kita tau semua puncak konsumsi kita ada di ramadan dan lebaran. Harga sudah kembali normal sehingga inflasi 0,28% ini lebih kecil dibanding 0,59%. Tapi lebih tinggi dibanding Juli 2017 0,22%," tambah dia. Suhariyanto juga menjelaskan inflasi bulan Juli 0,28%. Angka ini disumbang oleh kenaikan harga bensin jenis Pertamax, harga telur ayam ras dan daging ayam ras. "Ada kenaikan harga Pertamax pada 1 Juli. Nah kenaikan harga bensin ini menyumbang inflasi 0,06%," ujarnya. Seperti diberitakan sebelumnya, bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax, Pertamax Turbo dan Pertamina Dex naik pada Minggu, 1 Juli 2018. Saat ini, di SPBU Pertamina harga Pertamax Rp 9.500/liter atau naik Rp 600. Pertamax Turbo Rp 10.700/liter atau naik Rp 600. Pertamina Dex Rp 10.500/liter atau naik Rp 500. VP Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito naiknya harga Pertamax Cs mempertimbangkan harga minyak mentah dunia yang semakin tinggi. Apalagi, harga minyak saat ini sudah menyentuh level US$ 75 per barel. Meski demikian, dia mengatakan, tak semua wilayah harga Pertamax-nya naik. Dia menuturkan, beberapa wilayah di Indonesia bagian timur seperti Papua dan Maluku justru mengalami penurunan harga. "Ada yang turun, di daerah Papua, Maluku, Maluku Utara, NTT itu turun," tutupnya.(dtc)

Sumber: